Sabtu, 28 Desember 2013

Sejarah Dermayu

SEJARAH DERMAYU

Pada pupuh ini disampaikan silsilah, dimulai dari Ngabehi Wirasecapa dari Bagelen. Nama-nama yang disebutkan selanjutnya adalah Pangeran Hadi, Tumenggung Gagak Pernala, Pringgandipura,Gagak Wirahandaka, Gagak Kumitir, Gagak Wirakusuma, Gagak Singalodraka, Wangsanagara, Wangsayuda, Wiralodra, Tanujaya, Tanujiwa.
Dikisahkan Wiralodra bertapa agar mendapat kemuliaan. Pada malam Jumat ia mendapat petunjuk. Petunjuk yang didapat Wiralodra adalah agar ia membabat hutan di kali Cimanuk. Wiralodra kemudian berangkat ditemani Ki Tinggil menuju selatan kaki gunung. Setelah tiga tahun berkelana keduanya bertemu dengan Buyut Sidum yang memberi petunjuk mengenai tempat yang dicarinya. Buyut Sidum kemudian menghilang.
Keesokan harinya mereka berjalan hingga tiba di Pasir Kucing dan menemukan kali yang jernih. Wiralodra kemudian mandi sedangkan Ki Tinggil tertidur hingga dua minggu lamanya. Mereka kemudian menuju arah utara dan bertemu dengan Wirasetra. Keduanya beristirahat dan disuguhi makan. Setelah sebulan lamanya keduanya berpamitan untuk melanjutkan perjalanan.
Setelah dua bulan keduanya bertemu kembali dengan Ki Sidum yang menyediakannya macam-macam tanaman palawija. Ki Sidum menyamar sehingga keduanya tidak mengenalinya dan terjadi perkelahian karena Ki Sidum pura-pura marah.
Ki Sidum memberi petunjuk bahwa tempat yang dicari mereka sudah hampir dekat. Wiralodra diperintahkan untuk menyebrang. Bila menemukan kijang mas bermata intan harus dikejar. Bila kijang itu menghilang maka itulah tempat yang dituju. Keduanya bertemu dengan macam-macam binatang buas. Ketika bertemu dengan ular maka ular itu dipukulnya dan berubah menjadi sungai. Lalu ia menemukan kijang yang kemudian berubah menjadi wanita cantik. Wiralodra menghampiri perempuan tersebut, yang mengaku dirinya bernama Larawana, dan ia belum menikah. Keduanya kemudian berkelahi dan Larawana berubah menjadi kijang mas. Wiralodra dan Ki Tinggil kemudian mengejar kijang mas tersebut menuju arah timur dan berhenti di sungai Cimanuk. Kemudian terdengar petunjuk bahwa tempat itulah yang mereka cari.
Wiralodra kemudian membabat hutan sehingga berbagai binatang buas dan makhluk halus melarikan diri. Hal itu membuat Ki Gede Muara marah dan terjadi pertarungan.
Ki Tinggil lalu membaca mantra sehingga para siluman menjadi lumpuh. Saat itu datang utusan dari Tunjung Mas, yang mengatakan tidak boleh mengganggu Wiralodra karena keturunan Majapahit. Setelah itu tidak ada gangguan lagi sehingga keduanya dapat membuat pondokan dan berkebun dengan nyaman. Lama kelamaan banyak orang berdatangan dan Ki Tinggil dijadikan lurah. Setelah tiga tahun Wiralodra kembali ke Bagelen menemui ayah dan ibunya. Ternyata ayahnya mengangkat Wiralodra untuk memimpin Bagelen dibantu adik-adiknya, yaitu Wangsayuda, Tanujaya, Wangsanagari, dan Tanujaya.
Dikisahkan Ki Tinggil yang menjadi lurah mengangkat beberapa orang untuk membantunya, yaitu Bayantaka, Jayantaka, Surantaka, Wanaswara, Puspahita, dan Ki Pulana.
Tiba-tiba datang perempuan cantik yang bernama Nyi Hindang Darma ke kampung Ki Tinggil. Nyi Hindang Darma diizinkan untuk membuat pondokan di tempat itu. Ki Tinggil mempunyai rencana untuk memberikan Nyi Hindang agar dijadikan istri oleh Wiralodra.
Keberadaan Nyi Hindang Darma sampai ke telinga Pangeran Palembang. Pangeran Palembnang dengan murid-muridnya datang hendak menyerang Nyi Hindang tetapi berubah menjadi terpesona oleh kecantikan Nyi Hindang. Lalu terjadi perkelahian antara Nyi Hindang dengan Pangeran Palembang. Karena kesaktiannya, Nyi Hindang dapat mengalahkan musuhnya hingga tewas.
Ki Tinggil melaporkan kejadian tersebut kepada Wiralodra di Bagelen. Ia juga menyarankan agar Wiralodra dengan adik-adiknya pergi ke pondokan yang mereka buat. Mereka kemudian berangkat. Sesampainya di pondokan, Ki Pulaha diminta untuk mengundang Nyi Hindang.
Nyi Hindang memenuhi undangan Wiralodra. Semua terpesona melihat kecantikannya. Atas permintaan Wiralodra Nyi Hindang menceritakan pertarungannya dengan Pangeran Palembang. Wiralodra dan adik-adiknya bertarung dengan Nyi Hindang setelah terlebih dahulu mengadakan perjanjian. Yang kalah menjadi pembantu yang menang. Keempat adik Wiralodra sudah kalah.
Wiralodra dan Nyi Hindang masuk hutan untuk bertarung. Karena tidak bias mengalahkan Wiralodra, Nyi Hindang lalu menghilang dan berubah wujud berkali-kali. Wiralodra tidak berhasil menangkap Nyi Hindang. Ia mendengar suara Nyi Hindang agar memberi nama tempat itu menjadi Darmayu.
Wiralodra melanjutkan perjalanan menuju barat dan sampai di Pegaden. Setelah tiga malam kemudian kembali ke Cimanuk. Sesampainya di Cimanuk ia dikejutkan oleh kedatangan pasukan Pangeran Haryakuningan dari Gerage. Ia diperintahkan Sultan untuk memeriksa orang yang membuat negara. Terjadi pertarungan antara Arya Kumuning dengan Wiralodra. Kuda Arya Kumuning tunduk kepada Wiralodra dan membawa Arya Kumuning ke Kuningan. Setelah sampai kuda itu melepaskan Arya Kumuning lalu melarikan diri ke hutan. Patih Kuningan yang bernama Dipasarah lalu diperintahkan untuk mengabdi kepada Wiralodra.
Wiralodra kembali kepada pasukannya. Perkampungan yang dibuat tersebut kemudian diubah menjadi negara dan diberi nama Darmayu dan diadakan pesta selamatan. Adik-adik Wiralodra kemudian kembali ke Bagelen.
Datang buronan dari Jepara yang akan merebut negara, yaitu Watuhaji dan pasukannya. Wiralodra berhadapan dengan Watuhaji. Keduanya sama kuatnya. Wiralodra mengeluarkan kesaktiannya, begitu pula Watuhaji. Watuhaji dan pasukannya seharusnya dikirimkan ke Mataram untuk dihukum mati, tetapi Wiralodra membiarkannya tetap hidup dan diperintahkan untuk menuju gunung. Pasukan Watuhaji menjadi perampok.
Lama-kelamaan Darmayu menjadi negara yang ramai, banyak pendatang dari Sumatra, Palembang, Bogor, dan Karawang. Pasukan dari Bogor dan Karawang datang karena terdesak oleh pasukan Belanda. Mereka mempersembahkan harta kepada Wiralodra sehingga Wiralodra menjadi sangat kaya.
Wiralodra memiliki anak yang bernama Sutamerta, Wirapati, Nyayu Hinten, Drayantaka. Setelah Wiralodra meninggal dunia digantikan oleh Wirapati dan disebut Wiralodra II. Wiralodra II memiliki dua orang istri dan 13 putra. Nama putranya yaitu Raden Kowi, Raden Timur, Raden Sumerdi (Samerdi), Raden Wirantaka, Raden Wiratmaja, Hajeng Raksawiwangsa, Hajeng Sutamerta, Hajeng Nayawangsa, Hajeng Wiralaksana, Hajeng Hadiwangsa, Hajeng Wilastro, Hajeng Puspataruna, dan Hajeng Patranaya. Nyayu Hinten menikah dengan Werdinata, saudara Wirapati. Anaknya diberi nama Raden Wringin Hanom.
Wirapati dimintai tolong oleh Dalem Sumedang untuk menghadapi padukan Dalem Ciamis dan Kuningan. Wirapati (Wiralodra II) dengan Raden Waringin Hanom dapat mengalahkan musuh Dalem Sumedang. Dalem Sumedang menyatakan bahwa Sumedang disatukan dengan Indramayu, termasuk pesisir Kandanghaur.
Ketika Wiralodra II meninggal dunia digantikan oleh Raden Sawerdi (Wiralodra III). Ia mempunyai putra empat orang, yaitu Raden Benggala, Raden Benggali, Hajeng Singawijaya, dan Hajeng Raksawinata. Ketika Wiralodra III meninggal dunia Benggali menginginkan jabatan. Tetapi berdasarkan ketentuan yang menggantikan harus Benggala. Benggali mengancam sehingga proses pergantian bupati tertunda lima bulan. Keputusan dari Betawi memperkuat bahwa yang menjadi pengganti adalah Benggala (Wiralodra IV).
Benggala (Wiralodra IV) mempunyai delapan orang anak, yaitu laki-laki Raden Lahut, Raden Ganar (Gandur), Hajeng Parwawinata, Raden Solo alias Kartawijaya, Hajeng Nahiyasta, Hajeng Gembrak, Hajeng Tayub, dan Hajeng Moka.
Nyai Moka pekerjaannya mengaji, sehingga diadakan tempat pengajian untuk keluarga dalem. Kiai mau mengajarkan mengaji asal anaknya yang bernama Kartawijaya diterima di kadaleman. Kartawijaya kemudian diangkat menjadi mentri di Panjunan.
Bupati di Panjunan digantikan oleh Raden Semangun, putra Singalodra. Banyak terjadi perampokan sehingga rakyat banyak merasa tidak tenteram. Para perampok itu berkumpul di Bantarjati dan berasal dari Biyawak Jatitujuh, Kulinyar, dan Pasiripis. Jumlahnya sekitar 700 orang, dipimpin oleh Bagus Kandar, Bagus Rangin, Surapersanda, Bagus Leja, dan Bagus Seling. Mereka bersiap menyerang Darmayu. Lalu dilakukan penyerangan. Prajurit Darmayu terkejut karena ada perampok perempuan, yaitu Ciliwidara. Ciliwidara bisa melayang di angkasa sehingga tidak bisa dikalahkan. Saat itu prajurit Darmayu dipimpin oleh Kartawijaya.
Kartawijaya melaporkan kejadian itu kepada Hastrasuta. Kartawijaya berhasil mengalahkan Ciliwidara. Ciliwidara kemudian menghilang. Lalu Kartawijaya memerintahkan agar menjaga tempat menghilangnya Ciliwidara. Hastrasuta dan Kartawijaya memperbincangkan kesaktian Ciliwidara.
Pada suatu hari, ketika Wiralodra sedang berbincang dengan Hastrasuta, datang Nyi Jaya menyampaikan berita bahwa di Bantarjati sekitar seribu orang berkumpul hendak menyerang Darmayu. Karena itu pasukan dipersiapkan untuk menyerang perampok. Mereka kemudian berangkat menuju Bantarjati.
Terjadi pertempuran antara pihak Bagus Rangin dan Hastrasuta. Setelah berhasil mengalahkan para perampok sehingga banyak yang tewas, Hastrasuta meninggal oleh panah Ki Serit. Perampok menyamar sehingga berhasil mendekati dan menyerang perkemahan prajurit Darmayu.
Sekitar 3000 perampok yang dipimpin Bagus Rangin kemudian menyerang Darmayu. Sepanjang perjalanan mereka merampok. Di Lobener mereka mendapat perlawanan dari orang Cina sehingga banyak perampok yang melarikan diri. Surapersanda merayu orang Cina agar mereka dibiarkan, sehingga para perampok itu tiba di Darmayu.
Pada tahun 1808 Dalem Darmayu menyampaikan surat kepada Gubernur Jendral di Betawi, isinya meminta bantuan. Dari Betawi datang pasukan yang dipimpin oleh Tuan Postur. Mereka pura-pura akan memberikan jabatan kepada para perampok. Bagus Rangin dan pasukannya mempercayainya. Pihak Belanda mengirim surat kepada Dalem Darmayu agar menangkap perampok yang saat itu sedang berada di Mayahan.
Prajurit Darmayu datang dan mengalahkan para perampok. Mereka diikat dan disiksa. Yang berhasil ditangkap dibawa ke Betawi untuk dipenjarakan, tetapi sebagian lainnya melarikan diri.
Bagus Rangin dan Bagus Leja bersembunyi di hutan bersama anak dan istrinya. Mereka sampai di Tegal Slawi dan membuat pesanggrahan. Bagus Rangin mengirim surat tantangan kepada Wangsakerti. Wangsakerti mengirimkan utusannya. Terjadi pertarungan antara kedua belah pihak. Pihak Bagus Rangin banyak yang tewas. Ketika pihak Wangsakerti hampir kalah datang bantuan dari Setrokusumah.
Terjadi pertempuran antara pasukan Bagus Rangin dangan pasukan Jaka Patuwakan, anak Wangsakerti. Bagus Rangin kalah dan melarikan diri ke Karawang, sedangkan Bagus Leja dan Bagus Kandar dikirim ke Betawi. Ketika di laut Bagus Leja dan Bagus Kandar melompat dan melarikan diri ke hutan.
Para mantri yang ditugaskan mengawal tahanan menjadi kebingungan. Kartawijaya dan Raden Welang lalu hendak melapor kepada Sinuhun. Di Palimanan mereka melihat serdadu yang menjaga sumur yang ditutup rapat. Keduanya memaksa sehingga diserang serdadu tetapi tidak berhasil ditangkap.
Sesampainya di Garage mereka melaporkan hilangnya para tahanan. Komandan yang ada di Palimanan lalu mengirim surat kepada Gubernur Jendral di Betawi.
Gubernur Jendral marah dan memerintahkan empat puluh orang serdadu untuk menyerang Cirebon. Sultan Cirebon memberikan senjata pusakanya kepada Kartawijaya dan Welang untuk menghadapi Gubernur Jendral dan pasukannya.
Kartawijaya dan Welang sudah tiba di Betawi. Keduanya dimarahi dan dicaci. Kartawijaya dan Welang dihukum dan dipasangi lima lusin meriam. Kiai Kuwu tidak tega melihatnya. Ia kemudian merasuki dan mengamuk sehingga pasukan jendral banyak yang tewas akibat bertarung dengan teman sendiri. Raden Welang tewas ditembak menggunakan senapan yang diisi dengan peluru yang terbuat dari intan.
Keris pusaka menghilang dan Kartawijaya tewas ditembak. Mayatnya menghilang. Gubernur Jendral marah dan mengirim pasukan ke Cirebon sebanyak tiga kapal, agar Cirebon mengganti kerugian Belanda.
Gubernur Jendral datang ke Mataram dan berpura-pura sedih. Sambil menangis ia menceritakan pertempuran yang merugikan pihaknya. Sultan lalu memerintahkan para tamtamanya untuk menyerang Cirebon. Cirebon diserahkan kepada Belanda. Gubernur Jendral dengan pasukannya kembali ke Batawi. Ia memanggil Wiralodra agar mengganti kerugian Belanda sejumlah Rp 11.030. Bupati tidak memiliki uang sebanyak itu sehingga Darmayu diserahkan kepada Belanda pada tahun 1610. Bupati meninggal dunia. Anaknya yaitu Raden Krestal (Wiralodra). Wiralodra memiliki tujuh orang anak, yaitu Raden Marngali Wirakusuma yang menjadi demang Bebersindang, Nyayu Wiradibrata, Nyayu Hempuh, Nyayu Pungsi, Nyayu Lotama, dan Hanjani.
Bupati merasa bingung karena mertuanya menjadi perampok. Ia lalu mengirim surat ke Betawi. Tidak lama datang pasukan sehingga perampok ditangkapi.
Singatruna kemudian diangkat menjadi wedana Jatibarang. Ia terkenal bijaksana sehingga disegani rakyatnya. Ia memiliki lima orang putra, yaitu Patimah, Nyayu Juleka, Brataleksana, Bratasentana, dan Bratasuwita.
Raden Rangga memiliki dua orang anak, yaitu Raden Mardada, Raden Wiramadengda, dan Nyi Sumbaga.
Kalektor memiliki lima orang anak, yaitu Hardiwijaya, Sudirah, dan Nyai Juminah. Sedangkan Kartawijaya hanya memiliki satu orang anak, yaitu Raden Karta Kusuma. Ratu Hatma memiliki tiga orang anak, yaitu Biska, dan Kertadiprana. Kertadiprana mempunyai anak bernama Kertahudaka, Mangundria, Muhadapan, Nyayu Jenikuwu, dan Kertahatmaja.

Sejarah Desa Krangkeng



SUSUNAN KEPEMIMPINAN /KUWU-KUWU
DESA KRANGKENG NO. 2006
01.  NYI ENDANG KEKASIH               1580-1591
02.  PANGERAN JAYA PATI                1591-1608
03.  PANGERAFN SURYA RASA        1608-1651
04.  NYI MAS AYU ANJASMARA       1615-1630
05.  PANGERAN TANJUNG                  1630-1649
06.  NYIMAS AYU ANJASMANI         1649-1666
07.  PANGERAFN SURAMADI                        1666-1687
08.  PANGERAN GEBANG                   1687-1700
09.  PANGERAN BAUDAG                   1700-1732
10.  EMBAH SYARKOWI                      1732-1770
11.  KUWU RESITEM                             1770-1796
12.  KUWU JAKA                                                1796-1829
13.  KUWU NGEBEY LESAN PURO   1829-1871
14.  KUWU HAJI MURTADO                1871-1885
15.  KUWU SATI                                     1885-1900
16.  KUWU HAJI ANTARI                     1900-1916
17.  KUWU RABINGO                           1916-1926
18.  KUWU SALAB                                 1926-1928
19.  KUWU RADEYA                             1928-1953
20.  KUWU DARSINI                             1953-1960
21.  KUWU MASRIYAH                                    1960-1967
22.  KUWU SYAFEI                                1967-1968
23.  KUWU MARSO                                1968-1974
24.  KUWU KASNO                                1974-1984
25.  KUWU TARMUKI                           1984-1990
26.  KUWU HAJI BADRUDIN              1990-1998

CATATAN KUWU PEMEKARAN (KALI ANYAR)
01.  KUWU BURHANUDIN
02.  KUWU RANADI
PEMBANGUN DAN PEMERINTAHAN
A.    PEMBANGUNAN
Setelah melaporkan proses pembukaan hutan pesisir Ujung Tua dan keadaannya, Nyi Gender Malaya pulang ke daerah Krangkeng bersama kedua pengasuhnya dengan menyandang gelar Nyi Gede Krangkeng, sebuah gelar pemerintahan yang terhormat.
Setelah menerima tugas dan amanat dari kesultanan Cirebon, Nyi Gede Krangkeng mulali menyusun strategi dan program-program pembanguan. Karena Nyi Gede Krangkeng masih lajang, maka Nyi Gede Krangkeng musyawaraah dengan kedua pengasuhnya. Musyawarah itu menghasilkan keputusan yang stategis dan monumental, yaitu menentukan pusat pemerintahan dan pembangunan pada kebijakan yang pertama tentang penentuan pusat pemerintahan yang startegis, Nyi Gede Krangkeng mempertimbangkan beberapa aspek suatu tempat  pemerintahan yang baik, yang berada di pusat pemukiman. Hal ini dapat kita buktikan dengan diyakininnya kantor kuwu sebagai rumah sebagai kediaman dan pusat pemerintahan. Di tengah-tengah desa Krangkeng terdapat pohon asam yang garis tengahnya kira-kira 10 M dibawah pohon itulah Nyi Gede Krangkeng membuat gubug gatap yang terdiri dari daun-daunan dan rumput alang-alang (yang sekarang memjadi kantor balai desa Krangkeng).
B.     PUSAKA KRANGKENG
a.       Hiasan dinding berbentuk ukiran wayang dari kulit kayu jati sebanyak 9 buah.
b.      Kempluk tempat nener sebanyak 4 buah berbagai ukiran
c.       Cotom bambu 3 buah
d.      Eter tempurung 4 buah
e.       Kati 5 buah
f.       Bangerang 4 buah
g.      Tambang lulub pohon waru 5,5 cm untuk narik jukung 1 buah
h.      Alat-alat tempur terdiri dari:
1.      Kodek liwet kulit dari kayu jati 1 buah
2.      Centong 1 buah
3.      Gagang gobag 1 buah/tangka
4.      Penabuh bende 1 buah/penabuh kayu yang dikepalannya diberi lapisan karet

5.      Gagang hujungan panjalin 1 buah

6.      Kekab kecil 1 buah

7.      Irus

i.        Senjata terdiri dari:
1.      Gagang keris 2 buah
2.      Panah dari besi 2 buah
3.      Klenengan pedati 2 buah
4.      Tumbak kayu 3 buah/tunggak kayu
5.      Panah kayu 1 buah
j.        Alat-alat kelengkapan rumah
1.      Hiasan tunas kelapa
2.      Kelambu dan spray
3.      Iket kepala
4.      Kain tapih
5.      Kandek kecil 3 buah
6.      Mukena
7.      Gagang pisau
8.      Gledeg jati ukuran 3X2 m/ tempat pari

C.     MAKAM KHABIB KELLING
Makam ini terletak dipesisir yang dulunya bernama pesisir ujung tua. Tempatnya sangat menarik, sepi dan indah, oleh karena itu tempat ini sangat cocok untuk tempat bertawadhu zikir menyepi diri mengingat dan berserah diri kepalda khaliq Allah SWT. Sejalan dengan perkembangan transportagsi  dan informasi makam ini sekarang mulai ramai dikunjungi penziarah, dari berbagai daerah.
Mengetahui siapa tokoh Khatib Keling itu bernama Syekh Umar yang datang ke tanah air (Jawa) bersama dengan Sykeh Kuro Kerawang, karena mereka tidak nyaman Syekh Kuro meninggalkan Kerawang dan melanjutkan perjalanan Syiar Islam ke Pakistan.
Selanjutnya dalam kisah itu Syekh Umar melanjutkan ke Cirebon sambil membawa barang-barang permata (berbentuk bulat dan bolong) dan kapalnya karam dan meninggal di pantai pesisir utara.
Persi lain dari Kyiai tersebut, menurut beliau Khabib Keling berasal dari Keling (Samudra Pasai) Aceh sekarang. Beliau bernama Syekh Umar bin Abdullah anak dari seorang Khabib yaitu Khabib Abdullah yang bermukim di Mangga Dua Jakarta. Beliau menyebarkan agama Islam Ke Cirebon dan terdapat di Ujung Tua. Beliau sempat mengajarkan Ilmu agama di Krangkeng dan meninggal serta dimakamkan di pesisir.
Terlepas pendapat mana yang benar namun yang jelas Khabib Keling adalah seorang pejuang Islam yang ulet, pemberani dan hidup sederhana.
D.    KEDUNG TELAGA SARI KRANGKENG
Telaga ini berada di desa Kalianyar mengenai sejarah dan asal usul telaga ini baru didapatkan data akurat. Namun ada kisah tentang telaga ini yang dikisahkan oleh seorang tokoh masyarakat Kalianyar beliau menuturkan kisah perang jaya sena dengan arimba karena kesakitannya perang ini meninggalkan bekas yaitu telaga Sari di Krangkeng dan telaga Remis di kaki gunung Ciremai.
(Kisah lain menurut Pak Suta) adalah telaga ini tempat disayembara menyelam antara Nyi Gede Krangkeng dan Ki Gede Gungko yang terkenal itu. Lalu katanya telaga ini airnya pernah diambil oleh Ki Luber untuk keperluan hajatan orang Cirebon kisah ini. Selanjutnya mengisahkan Ki Sura Madi diberi Ki Luber.
(Masih kata bapak Sura) Telaga ini pernah diambil ikannya untuk keperluan Cirebon. Namun di tengah perjalanan rombongan yang mau ngambil ikan ditelaga sari ini di hadang oleh seekor deleg. Seranggi yang menjelma jadi satria bernama Raden Malanggana dan terjadi pertempuran, pada pertempuran ini Raden Malanggana dapat mengalahkan rombongan dari Cirebon kemudian setelah rombongan Cirebon tidak berhasil maka diperintahnya orang Krangkeng bernama Ki Lokawi untuk mengambil ikan telaga ini dikeringan airnya namun sebelum selesai waktu sudah menjelang magrib maka pekerjaan  dihentikan di tengah malam istri deleg Serenggi menangis menumpakan keprihatinan kepada suaminya, selanjutnya suaminya memanjatkan do’a meminta hujan dan terjadinya hujan lebat sehingga telaga kembali berair. Namun, ki Lokawi berhasil menyimak do’a yang disampaikan dedeg Seranggi kemudian disampaikan ke Cirebon sampai sekarang jika terjadi kemarau panjang masyarakat kerangkeng memanjatkan do’a minta hujan di makam Ki Lokawi.

E.     Religi dan Tabu
Masyarakat desa Kerangkeng yang sejak berdirinya dipimpin oleh seorang penganut agama islam yang saat dihuni oleh beberapa tokoh islam kharismatik maka kehidupan dan sistim kemasyarakatan mengalami pergeseran-pergeseran itu sesuai dengan perkembangan kemajuan islam pergeseran itu ke arah yang sesuai dengan keyakinan masyarakat yang ada.
Serah terima putri Oontien
Seusai melaksanakan serah terima putri oontien kepada kesultanan cirebon, lalu ke tiga panglima dari Mongolia  itu masing-masing ingin melampiaskan perjalanannya. Panglima Guancang memutuskan untuk tidak pulang kenegarannya dan menetap berdomisili di Cirebon beserta anak buahnya untuk memeluk agama islam.
Panglima Lieguanhin beserta pasukannya ingin kembali ke Mongolia, namun tiba-tiba diperintahkan untuk mendarat dipesisir muara (celancang) yang kelak dapat mewujudkan desa Kerangkeng.
Panglima Tiampokwang adalah seorang panglima yang terbilang luar biasa kemampuannya di bidang I Politik, ekonomi, sosial, budaya, Ham, Kam, dan ilmu kekebalan telah dimilikinya dengan sempurna. Kesehariannya banyak sekali kegiatan-kegiatan yang dikerjakannya seperti berlatih ilmu kanurafgan, ilmu beladiri, ilmu kekebalan, dan lain-lain namun yang paling mencengangkan dia membuat kereta kayu tanpa paku. Lama-lama daerah Roban 1 telah tersohor sebagai pembuat kereta kayu.
Banyak sekali ragam kereta yang dibuat dari oleh panglima Tiampokwang ada yang roda empat, dua dan ditarik oleh dengan dua ekor kerbau, ada yang berukir ada pula tanpa ukiran. Pada hari minggu 1486 m Ki Badur seorang murid Tiampokwang yang paling tinggi dalam perguruan Dampuawang ini, pada hari itu ki badur minta main kepada gurunya untuk meminjam kereta kayunya yang paling antik guru mengunjungi kekasihnya di desa Kapetakan yaitu Nyi Balimbing, seorang wanita yang sangat  cantik banyak jejaka yang tergila-gila kepada nyi Balimbing karena kecantikannya. Setelah seizin gurunya ki Badur beerangkat dengan memakai kerbau sepasang yakni Maesa gatra dan Maesa gatri. Keberangkatan Ki badur dari sawah, rawah, telaga dan sungai tak menjadi kendala dan rintangan  bagi dirinya, karena diatasnyalah kereta Ki Badur berjalan. Belum tiba di rumah kekasihnya Ki Badur melihat perahu melaju diatasnya dan Ki Badur tak berpikir panjang lebar mengutuk perahu dengan kutukan yang amat sangat, sehingga dengan ilmu hitamnya lalu perahu yang dikendarai oleh Mbah Kuwu Cirebon jatuh terjerembab diatas pertahanan desa kerangkeng.
Kemudian Mbah Kuwu bertanya daclam hati, siapa gerangan yang iseng kepada diriku? semoga tuhan membalas kejahatan ini, lalu mendadak sontak sebuah kereta kayu yang se dang berjalan diatas sungai kapetakan iti, Ki badur merasa kaget dan marah dan mengandalkan ilmu pamungkasnya tetap tidak bisa mengangkat kereta itu. Sementara itu rakyat kapetakan, besar, kecil, tua, dan muda semua ngeriyung tanpa payung, berkunjung tanpa ujung, membanjiri tanpa akhiruntuk menyaksikan kejadian itu yang dianggapnya sebagai tontonan yang sangat mengasyikan.
Kemudian salah satu rakyat itu ada yang mengumumkan, wahai rakyatku!! Bagaimana kalau kerbau ini kita potongrame-rame saja, mumpung pemiliknya pulang, dengan suara lantang setuju, lalu Ki Gondang Kala mendapat jawaban mendapat jawaban banyak  dari suara setuju. Lalu dengan cepat rakyat menyerbu kearah kerbau-kerbau dan langsung memotong dengan rame-rame.
Hampir seluruh rakyat kapetakan merasakan nikmatnya daging kerbau Maesa gatra dan Gatri. Ketika Ki Badur dan teman-temanya sampai kelokasi, ki Badur sangat terfkejut melihat kerbau-kerbaunya telah tiada. Lalu ki Badur dengan lantang menanyakan kepada mereka, siapa yang mengambil kerbau-kerbaunya? Dan tidak ragu lagi mereka menjawab dengan serentak ..... kami tidak tahu..dasar kerbau-kerbau yang di makan oleh rakyat Kapetakan itu Digjaya, Adigung, adiguna, maka bersamaan dengan kat-kata tidak tahu dari dalam perut mereka kerbau-kerbau itu bersuara E..E..L!! jadi kata-kata yang lengkapnya diucapkan dari mulut rakyat kapetakan itu yakni, “ tidak tahu eee (ora weru eee).
Kemudian Ki bdar mendapatkan seijin gurunya mennyampaikan selembaran/ sayembara di babtang-batang yang lainya, barang siapa yang dapat mengangkat kereta antik ini, maka kereta ini akan diserahkan sebagai pemiliknya. Tidak sedikit orang yang mencoba mengangkat kereta itu namun tak seorang pun mampu mengangkat kereta antik itu.


Catatan Sejarah Politik



Negara Personifikasi dan Kooptasi Negara Atas Ruang Publik
Negara Personifikasi dan Kooptasi Negara Atas Ruang Publik
Dalam sejarah Indonesia modern sudah tiga kali Indonesia mengalami  negara Person : Pertama, Pemerintahan di Era Demokrasi Terpimpin Sukarno (1959-1965), Kedua Pemerintahan Neo Fasisme Orde Baru (1968-1998) dan  saat ini Pemerintahan periode ke Dua SBY yang sedang menuju format  Negara Person.
Apa yang terjadi dalam Negara Person?
Negara Person memiliki gaungnya yang kuat pada era Louis XIV dimana  slogannya yang terkenal : “Negara Adalah Saya” disini Negara bukan lagi  sebagai bagian dari definisi-definisi Locke bahkan Marx sekalipun, tapi  Negara sudah menjadi alam kekuasaan pemimpinnya. Untuk mencermati  bagaimana pola negara person terbentuk di Indonesia dan apa  gejala-gejalanya serta akibatnya mari kita perhatikan satu per satu  dalam periode sejarah Indonesia modern.
Sukarno (1959-1965)
Alasan Sukarno mendirikan negara person adalah ketidaksabarannya melihat proses parlemen bertele-tele, masalah yang dihadapi memang bukan  masalah running well sebuah negara tapi masalah pondasi-pondasi negara.  Undang-Undang Dasar yang merupakan Konstitusi pada bangunan negara  paling penting menjadi taruhannya. Disini Sukarno melihat tidak akan ada titik temu antara kelompok Islam dan Kelompok Sekuler (Nasionalis,  Sosialisme Demokrat, Komunis dan Feodal Jawa). Selain masalah itu adalah kemampuan Sukarno melihat keterdesakan posisi geopolitik Indonesia  dalam percaturan dunia Internasional.
Banyak dari kalangan ahli sejarah politik melihat bahwa perkembangan  Negara Person adalah respon atas dinamika politik dalam negeri dan  berkembangnya PKI diluar batas radar Sukarno. Namun yang perlu  diperhatikan apa yang terjadi antara tahun 1955-1959 pada kerja politik  Sukarno merupakan sebuah usaha sungguh-sungguh membentuk Negara Person.  Pada saat itu perkembangan politik Internasional menuju ke arah  pembenaran tesis Churchill tentang berkembangnya dua imperialisme :  Barat di satu sisi dan Sovjet Uni disisi yang lain. Sukarno sesungguhnya sudah melihat ini sejak tahun 1946. Selama satu tahun penuh sepanjang  tahun 1945 Sukarno masih mempercayai faktor Jepang sebagai penentu  kekuatan di Pasifik dan masih mempercayai bahwa kekuatan militer Jepang  adalah andalan paling penting bagi terbentuknya negara Asia Timur Raya.  Namun perkembangan sejarah begitu cepat, hegemoni Jepang sudah luntur.  Amerika Serikat menguasai Asia Pasifik dengan gerakan cepat sementara  Sovjet Uni memilih menguasai daratan ketimbang kekuatan laut, inilah  kenapa Sukarno lebih memilih memihak Hatta yang condong mengambil  keuntungan dari deal-deal dengan Amerika dan Belanda daripada kepada  Muso yang membawa ide Negara Stalin ke Indonesia. Deal tersebut memberi  kesempatan kepada pemain-pemain lama politik dalam lingkaran kanan  menguasai ruang politik di Indonesia dan kekuatan kanan bahkan semakin  kuat dan menuju ke tangan besi untuk menghabisi kelompok kiri, tangan  besi kekuatan ini ditunjukkan pada konspirasi MSA 1951 yang melibatkan  Achmad Soebardjo menteri luar negeri dibawah Perdana Menteri Sukiman  Wirjosandjojo. Setelah penyerangan Natsir pada internal Masjumi dan  kejatuhan Sukiman dan jatuh bangun pemerintah karena ketidakstabilan  suara di Parlemen, Sukarno melihat bahwa kekuatan kanan semakin menjadi  hegemoni untuk itu Sukarno mulai merancang kabinet yang bersih dari  unsur politik dengan nama Zaken Kabinet (Kabinet Kerja) dibawah Djuanda. Sementara Angkatan Darat belum bisa dimasukkan unsur penting dalam  percaturan politik. Masuknya Angkatan Darat dan tidak padamnya keinginan Sukarno membentuk Partai Tunggal Negara yang sudah diidam-idamkannya  sejak lama membuat ia harus bermain secara intens dalam membina Angkatan Darat sehingga militer bisa menjadi pemain politik yang diperhitungkan. Kooptasi Sukarno ke Angkatan Darat setelah 17 Oktober 1952 yang justru  melejitkan nama AH Nasution adalah langkah paling penting dalam  membentuk Negara Person.
Revitalisasi PKI ditangan empat serangkai dibawah DN Aidit, MH Lukman,  Njoto dan Sudisman dilihat Sukarno sebagai kesempatan politik untuk  dijadikan kartu dalam permainannya dengan Amerika Serikat dan Sovjet  Uni. Bila Jacques Leclerc dalam analisanya dalam melihat kehancuran PKI  di bulan-bulan pembantaian Oktober-November 1965 sebagai “Raksasa  Berkaki Lempung” ini adalah sebuah isyarat bahwa memang pembentukan PKI  sama sekali tidak didasarkan pada syarat-syarat berdirinya Partai  Komunis arus besar seperti yang dikehendaki dalam teori-teori Lenin dan  implementasi Stalin, tapi lebih pada kehendak sebuah tempat tampungan  massa radikal pendukung Sukarno.
Kooptasi Sukarno pada Angkatan Darat dan memecah struktur elite Angkatan Darat -seperti penghadapan Yani dengan Nasution, atau Yani dengan Gatot Subroto - serta kooptasi ide-ide Revolusioner Sukarno kepada PKI yang  cepat membesar itu merupakan rangkaian Kooptasi yang kelak memakan  dirinya sendiri. Sukarno bukan saja termakan oleh Revolusi ciptaannya  tapi juga tidak mampu mengendalikan kekuatan-kekuatan yang dibangunnya.
Peristiwa Gerakan Untung dan Sjam di tahun 1965 yang berakibat  terbunuhnya para Jenderal dari jajaran SUAD Angkatan Darat membuat  Sukarno benar-benar dibungkam oleh kekuatan yang dilahirkannya. Ini  berbeda misalnya ketika Sukarno masih bermain dalam wilayah luar  kekuasaan dimana kerja politik Sukarno hanya menjadi makelaar politik  atau Kepala Agen politik dimana pelaku-pelaku yang dimakelari bisa  dikendalikan : Hatta, Sutan Sjahrir, Amir Sjafrudin, Tan Malaka , Muso  dan Natsir. Namun ketika Sukarno ingin menjadi pemain tunggal dan  melakukan tindakan-tindakan kooptasi maka serta merta dia gagal  mengendalikan bawahannya. Sikapnya yang terburu-buru mengeluarkan rumor  tentang Angkatan Ke V, meremehkan kekuatan Angkatan Darat dalam  penyerbuan Malaysia dan terlalu menciptakan banyak musuh membuat ia  harus menjadi anak kandung korban revolusinya sendiri. Sementara keadaan luar negeri tidak begitu menguntungkan dalam permainan kartu politik  Sukarno, Kruschev (Mr.K) terang-terangan menyerang kubu Stalin dan  melakukan Destalinisasi sementara Mao yang banyak terbantu oleh Stalin  merasa bahwa Mr. K merupakan revisionis Komunis yang wajib dimusuhi.  Disini kekuatan kartu di samping kiri Sukarno melemah, sementara di sisi kanan Sukarno semakin solid. Keputusan Presiden Kennedy membela  Indonesia dalam merebut Irian Barat dipandang bukan merupakan  pengkhianatan AS terhadap sekutu Eropa-nya tapi merupakan jalan  mendekati Sukarno agar bisa memiliki basis pengaruh di kawasan timur  Indonesia dengan memiliki akses terhadap konsesi-konsesi sumber daya  minyak serta menjinakkan Sukarno yang menyerang Pangkalan Militer Asing  di Asia Tenggara. Kartu Sukarno yang tidak imbang ini di luar negeri ini kemudian menjadi kontradiksi atas berkembangnya politik dalam negeri  sehingga semakin menjauhkan permainan kartu Sukarno pada kemenangan.  Keputusan gegabah Aidit yang melakukan tindakan politik agraria dan  secara frontal melawan tuan-tuan tanah NU serta serangan Aidit yang tak  tanggung-tanggung kepada Yani membuat Angkatan Darat membangun aliansi  diam-diam kepada kalangan Islam untuk menunggu saat yang tepat membuat  perhitungan pada PKI. Dan ada faktor lain lagi yang memberi arah  kehancuran jalan PKI-Aidit yaitu lupa bahwa tujuan utama PKI adalah  melaksanakan ide-ide revolusi Sukarno, namun setelah jaringan Peking  berhasil menyingkirkan jaringan Moskow di tubuh internal Partai, para  elite agak melupakan Sukarno hanya Njoto yang berkeras bahwa Peking  bukan merupakan prioritas tapi di tahun 1964 kekuatan Njoto bisa  dikatakan habis. Faksi Aidit menguasai keadaan internal Partai dan  Peking menjadi kiblat.
Gerakan aneh dan konyol Untung-Sjam 1965 dengan cepat ditanggapi oleh  Angkatan Darat. Suharto yang muncul tiba-tiba menjadi kartu As dalam  kekalahan politik kartu Sukarno. Dengan kesimpulan yang sangat sederhana dan bisa dijadikan perdebatan sejarah puluhan tahun, ucapan Suharto :  PKI berada di balik Gerakan Untung, dengan cepat menghancurkan semua  kerja politik Sukarno yang dimulainya sejak tahun 1926.
Negara Person kedua, diciptakan Jenderal Suharto diatas puing-puing  Sukarno. Suharto memiliki beberapa modal politik yang sama sekali tidak  dimiliki Sukarno :
  1. Tidak direpotkan oleh Geopolitik karena sikap Suharto jelas anti  Komunisme. Sovjet Uni sedang berkomitmen tidak mengganggu Indonesia  karena tidak ingin memancing permusuhan dengan Mao. Sementara Mao  disibukkan oleh penyerangan dirinya atas bencana kelaparan dimana  Presiden Liu Sao Chi menyerang Mao. Revolusi Kebudayaan Cina 1966 adalah bagian dari garis keberuntungan Suharto. Mao disibukkan membantai  teman-temannya sendiri dengan bantuan Lin Piao. Otomatis Indonesia  bukanlah prioritas dan kematian Aidit hanya cukup dikompensasi dengan  sebuah puisi karya Mao.
  2. Histeria Pembunuhan Jenderal dan Pola politik Stigma PKI membuat  Suharto dengan langkah luar biasa tepat bermain. Kooptasi-nya dalam  mengendalikan ruang publik pers sampai membangun seluruh struktur  kekuasaan level bawah dengan alasan stigma PKI membuat dirinya  benar-benar menikmati posisi menjadi Raja Jawa dalam arti sebenarnya.
  3. Tindakan pembenaran atas Tiga B (Bui, Buang dan Bunuh) dimana  masyarakat Internasional juga melakukan kejahatan dengan mendiamkan apa  yang terjadi di Indonesia merupakan keuntungan Suharto dalam memainkan  politik kekerasan dalam mencaplok masyarakat.
Mari kita lihat apa yang dilakukan Suharto dalam melakukan politik  kooptasi. Guru politik terbesar Suharto adalah Sukarno. Disini benang  merahnya. Hanya saja alasannya yang membuat guru dan murid itu berbeda : Sukarno berusaha mewujudkan daulat kapital sementara Suharto  Menggandaikan Negara sebagai bentuk jaminan hutang baik hutang jangka  pendek ataupun jangka panjang. Langkah yang dilakukan Suharto setelah  berhasil menghabisi Sukarno adalah menciptakan lansekap politik seluruh  kekuatan politik diarahkan menuju partai negara, awalnya Suharto  menghendaki PNI yang maju namun gagasan ini ditolak Ali Murtopo dan Ali  mengusulkan agar Golkar dijadikan kendaraan menuju konsepsi Partai  Tunggal yang terkamuflase. Bila Sukarno ingin mewujudkan Negara Kuat,  Rakyat Kuat maka Suharto mewujudkan Negara Kuat, Rakyat Lemah. Sukarno  menciptakan massa radikal, Suharto menciptakan massa mengambang. Negara  bukan saja menjadikan ruang-ruang diluar negara terkooptasi tapi negara  mencaploknya. Disini Suharto mendefinisikan diri justru dari rezim  komunisme yang dikatakan dibencinya tapi pembentukan Negara Model Orde  Baru justru mengikuti jalan negara Komunisme : Pemberangusan Ruang  Publik dan Penciptaan Kelas Baru yang menindas. Jelas Angkatan Darat  menjadi kelas paling berperan dalam penindasan terhadap rakyat di  masa-masa Orde Baru. Dan agen penindas ini sama saja dengan kelas baru  agen revolusi profesional Komunisme yang banyak tumbuh di negara-negara  penganut agenda Komintern.
Langkah Suharto dalam mengkooptasi negara atau lebih tepatnya mencaplok  masyarakat atas kekuatan negara merupakan contoh bagaimana Ruang Publik  terjajah oleh kekuasaan :
  1. Revitalisasi Surat Ijin Pembentukan Usaha Penerbitan Pers (SIUPP) yang bibit penindasan pers sudah dilakukan Angkatan Darat sejak jaman  Sukarno.
  2. Membangun perusahaan-perusahaan negara yang kemudian menjadi sumber dana penting ke akses kekuasaan.
  3. Fusi partai Politik 1973 : Penghancuran Ideologi dan pembentukan Massa mengambang.
  4. Seluruh unsur-unsur kekuatan ekonomi dibawah kendali keluarga dan kroni.
  5. Penindasan unsur-unsur koreksi terhadap Negara : Mahasiswa, Elite Veteran (Korban Petisi 50), dan kekuatan lain.
  6. Pemandulan komisi-komisi penting yang bisa dianggap sebagai suara aspirasi rakyat dalam pembenahan pengawasan publik.
Bila Sukarno mengkooptasi dua hal : Angkatan Darat dan PKI yang kemudian kedua kekuatan ini bertarung menjadi kekuatan politik di satu sisi dan  kekuatan rakyat serta budaya disisi lain. Maka Suharto mencaplok  Angkatan Darat bukan saja menjadi kekuatan politik semata tapi menjadi  kekuatan yang menentukan takdir bangsa Indonesia. Dari Angkatan Darat  inilah kemudian lahir berbagai macam bangunan politik dengan landasan  kekerasan. Bisnis-bisnis baik dalam lingkup negara dan swasta diharuskan menjadi sponsor bagi kekuasaan. Kaum Intelektual dipaksa menjadi  pelacur dan menghamba pada modal, ideologis dihabisi serta dibangkitkan  fungsi-fungsi dangkal dalam menciptakan masyarakat berbasis  konsumerisme. Masyarakat konsumerisme bukanlah jenis masyarakat yang  memiliki kekuatan intelektual tajam, terdidik daya kritisnya, visioner  dan menghargai segala bentuk rasionalitas. Masyarakat konsumerisme tidak bisa diharapkan menjadi faktor pendorong terciptannya negara ke  arah-arah baik tapi memerosokkan ruang gerakan masyarakat. Kesenian  dijadikan alat pop yang mendewakan materialitas dan ide-ide yang tidak  laku dalam bahasa budaya pop menjadi bahan ketawaan. Pendek kata  Pencaplokan Negara Orde Baru kepada seluruh unsur negara ini melahirkan  kebudayaan dangkal.
Tapi seperti yang terjadi pada Sukarno, nasib Suharto sama persis. Ia  tidak mampu mengendalikan kekuatan-kekuatan yang diciptakannya. Sejak  munculnya Petisi 50 dan kecewanya LB Moerdani, Angkatan Darat bukan lagi senjata yang paling tajam pada diri Suharto. Melihat kondisi yang tidak menguntungkan Suharto mengeluarkan dua kartu lama untuk menghadapi  kekuatan-kekuatan Angkatan Darat yang kemudian justru menjadi bumerang : Islam dan Nasionalisme Emosi Sukarno. Awalnya munculnya drs. Suryadi  yang merupakan orang dekat LB Moerdani diharapkan mampu menggembosi  kekuatan radikal Islam sisa-sisa ciptaan Ali Moertopo yang semakin kuat  setelah ekspor revolusi Iran dengan mengeluarkan basis massa Sukarno ke  jalan-jalan, Suharto dapat dengan tenang menggembosi Islam. Namun basis  massa ciptaan Suryadi meledak luar biasa. Foto Sukarno yang diusung  anak-anak muda 1986 menjadi modal politik untuk melawan Suharto.  Kekuatan itu terbukti meroketnya suara PDI ditengah Pemilu yang  dikendalikan Orde Baru di tahun 1986 dan 1992. Disini Suharto mulai  kehilangan kendali atas fusi 1973 yang diciptakannya dan menjadi semakin kehilangan kecerdasan politiknya ketika melakukan penyerangan vulgar di tahun 1996 atas markas PDI di jalan Diponegoro. Selain itu Suharto juga mendekati kelompok Islam melalui ICMI untuk mengimbangi Kekuatan  Angkatan Darat dan Kekuatan Nasionalis Emosi Sukarno. Sejak Suharto  bermain kartu ini maka kehancuran kerja politiknya sudah mendekat.
Sejarah jatuhnya Suharto memperlihatkan pengulangan apa yang terjadi pada diri Sukarno, terjadi pada diri Suharto :
  1. Sukarno dikhianati PNI, dalam hal ini kubu Osa-Usep, sementara Suharto jelas dipermalukan oleh Harmoko lewat pernyataannya yang menghendaki  Suharto mundur. Jelas Golkar dan Harmoko adalah anak kandung politik  Suharto.
  2. Baik Sukarno dan Suharto dijauhi Angkatan Darat pada saat-saat kondisi kritis, bahkan Angkatan Darat menjadi kekuatan penting dalam politik  penjatuhan kedua Presiden itu.
  3. Kedua Presiden itu sama sekali tidak mendapatkan dukungan riil dari  kekuatan rakyat ketika dijatuhkan. Kejatuhan Sukarno seberapapun  dashyatnya kekuatan militer mustinya mendapatkan penolakan penuh rakyat  mengingat Sukarno sangat mengakar dalam alam pikiran bangsa Indonesia  tapi itu sama sekali tak didapatkannya. Penghormatan rakyat yang dengan  berani turun ke jalan hanya didapatkan pada saat kematiannya pada 21  Juni 1970.
Ketika Negara Person menjadi kekuatan penting politik dan masuk ke dalam ruang publik maka dengan sendirinya Negara Person itu akan runtuh. Apa  yang sesungguhnya terjadi? Apakah ini akan terjadi pada diri SBY?
Kemenangan Partai Demokrat yang begitu fantatis, kemampuan SBY dalam  melakukan tindakan politik paling jenius dalam mengebiri Golkar dan  menjadikan Golkar mendekati kebangkrutannya serta menjadi PDIP hanya  satu-satunya rivaal politik yang lemah adalah kemampuan SBY melakukan  kooptasi Negara terhadap seluruh ruang kekuasaan dan ruang rakyat dengan cara yang demokratis. Tapi apakah ini kemudian menjadikan SBY menjadi  pahlawan atas kestabilan politik?
Seperti yang saya uraikan diatas, Negara Person bagaimanapun tujuan  baiknya seperti Sukarno yang ingin merevitalisasi semangat kedaulatan  negara apalagi keblinger macam Suharto akan menemukan  kontradiksi-kontradiksinya. Titik temu kontradiksi inilah yang kemudian  menjadi hantu penghancur bagi penguasa yang ingin mencobai negara ke  dalam Negara Person. Apa yang dilakukan SBY dalam kemenangan strateginya atas Pemilu 2009 serta kemampuannya membangkrutkan lawan-lawan  politiknya pasti diikuti dengan langkah cepat dalam menguasai  ruang-ruang kekuasaan diluar eksekutif. Koalisi di Parlemen sudah  terpegang, Pemandulan KPK lewat kisruh unsur pemimpinnya, lumpur Lapindo yang tak jelas, Perampokan atas Bank Century yang melibatkan  orang-orang terdekat Presiden dan kinerja KPU yang buruk adalah bagian  penting kita mencatat kinerja SBY, karena gagalnya SBY dalam  menyelesaikan itu karena tidak bekerjanya fungsi-fungsi independen  diluar negara maka diragukan akan efektifnya fungsi negara dan fungsi  rakyat dalam bertemu di ruang publik. Bila ini sampai terjadi maka SBY  akan dimakan oleh rekayasa politiknya sendiri.

(Anton DH Nugrahanto, Ditulis 2009)