SUSUNAN KEPEMIMPINAN
/KUWU-KUWU
DESA KRANGKENG
NO. 2006
01.
NYI ENDANG KEKASIH 1580-1591
02.
PANGERAN JAYA PATI 1591-1608
03.
PANGERAFN SURYA RASA 1608-1651
04.
NYI MAS AYU ANJASMARA 1615-1630
05.
PANGERAN TANJUNG 1630-1649
06.
NYIMAS AYU ANJASMANI 1649-1666
07.
PANGERAFN SURAMADI 1666-1687
08.
PANGERAN GEBANG 1687-1700
09.
PANGERAN BAUDAG 1700-1732
10.
EMBAH SYARKOWI 1732-1770
11.
KUWU RESITEM 1770-1796
12.
KUWU JAKA 1796-1829
13.
KUWU NGEBEY LESAN PURO 1829-1871
14.
KUWU HAJI MURTADO 1871-1885
15.
KUWU SATI 1885-1900
16.
KUWU HAJI ANTARI 1900-1916
17.
KUWU RABINGO 1916-1926
18.
KUWU SALAB 1926-1928
19.
KUWU RADEYA 1928-1953
20.
KUWU DARSINI 1953-1960
21.
KUWU MASRIYAH 1960-1967
22.
KUWU SYAFEI 1967-1968
23.
KUWU MARSO 1968-1974
24.
KUWU KASNO 1974-1984
25.
KUWU TARMUKI 1984-1990
26.
KUWU HAJI BADRUDIN 1990-1998
CATATAN
KUWU PEMEKARAN (KALI ANYAR)
01. KUWU
BURHANUDIN
02. KUWU
RANADI
PEMBANGUN
DAN PEMERINTAHAN
A. PEMBANGUNAN
Setelah melaporkan proses pembukaan
hutan pesisir Ujung Tua dan keadaannya, Nyi Gender Malaya pulang ke daerah
Krangkeng bersama kedua pengasuhnya dengan menyandang gelar Nyi Gede Krangkeng,
sebuah gelar pemerintahan yang terhormat.
Setelah menerima tugas dan amanat dari
kesultanan Cirebon, Nyi Gede Krangkeng mulali menyusun strategi dan
program-program pembanguan. Karena Nyi Gede Krangkeng masih lajang, maka Nyi
Gede Krangkeng musyawaraah dengan kedua pengasuhnya. Musyawarah itu
menghasilkan keputusan yang stategis dan monumental, yaitu menentukan pusat
pemerintahan dan pembangunan pada kebijakan yang pertama tentang penentuan
pusat pemerintahan yang startegis, Nyi Gede Krangkeng mempertimbangkan beberapa
aspek suatu tempat pemerintahan yang
baik, yang berada di pusat pemukiman. Hal ini dapat kita buktikan dengan
diyakininnya kantor kuwu sebagai rumah sebagai kediaman dan pusat pemerintahan.
Di tengah-tengah desa Krangkeng terdapat pohon asam yang garis tengahnya
kira-kira 10 M dibawah pohon itulah Nyi Gede Krangkeng membuat gubug gatap yang
terdiri dari daun-daunan dan rumput alang-alang (yang sekarang memjadi kantor
balai desa Krangkeng).
B. PUSAKA
KRANGKENG
a. Hiasan
dinding berbentuk ukiran wayang dari kulit kayu jati sebanyak 9 buah.
b. Kempluk
tempat nener sebanyak 4 buah berbagai ukiran
c. Cotom
bambu 3 buah
d. Eter
tempurung 4 buah
e. Kati
5 buah
f. Bangerang
4 buah
g. Tambang
lulub pohon waru 5,5 cm untuk narik jukung 1 buah
h. Alat-alat
tempur terdiri dari:
1. Kodek
liwet kulit dari kayu jati 1 buah
2. Centong
1 buah
3. Gagang
gobag 1 buah/tangka
4. Penabuh
bende 1 buah/penabuh kayu yang dikepalannya diberi lapisan karet
5. Gagang
hujungan panjalin 1 buah
6. Kekab
kecil 1 buah
7. Irus
i.
Senjata terdiri dari:
1. Gagang
keris 2 buah
2. Panah
dari besi 2 buah
3. Klenengan
pedati 2 buah
4. Tumbak
kayu 3 buah/tunggak kayu
5. Panah
kayu 1 buah
j.
Alat-alat kelengkapan
rumah
1. Hiasan
tunas kelapa
2. Kelambu
dan spray
3. Iket
kepala
4. Kain
tapih
5. Kandek
kecil 3 buah
6. Mukena
7. Gagang
pisau
8. Gledeg
jati ukuran 3X2 m/ tempat pari
C. MAKAM
KHABIB KELLING
Makam
ini terletak dipesisir yang dulunya bernama pesisir ujung tua. Tempatnya sangat
menarik, sepi dan indah, oleh karena itu tempat ini sangat cocok untuk tempat
bertawadhu zikir menyepi diri mengingat dan berserah diri kepalda khaliq Allah
SWT. Sejalan dengan perkembangan transportagsi
dan informasi makam ini sekarang mulai ramai dikunjungi penziarah, dari
berbagai daerah.
Mengetahui
siapa tokoh Khatib Keling itu bernama Syekh Umar yang datang ke tanah air
(Jawa) bersama dengan Sykeh Kuro Kerawang, karena mereka tidak nyaman Syekh
Kuro meninggalkan Kerawang dan melanjutkan perjalanan Syiar Islam ke Pakistan.
Selanjutnya
dalam kisah itu Syekh Umar melanjutkan ke Cirebon sambil membawa barang-barang
permata (berbentuk bulat dan bolong) dan kapalnya karam dan meninggal di pantai
pesisir utara.
Persi
lain dari Kyiai tersebut, menurut beliau Khabib Keling berasal dari Keling
(Samudra Pasai) Aceh sekarang. Beliau bernama Syekh Umar bin Abdullah anak dari
seorang Khabib yaitu Khabib Abdullah yang bermukim di Mangga Dua Jakarta.
Beliau menyebarkan agama Islam Ke Cirebon dan terdapat di Ujung Tua. Beliau
sempat mengajarkan Ilmu agama di Krangkeng dan meninggal serta dimakamkan di
pesisir.
Terlepas
pendapat mana yang benar namun yang jelas Khabib Keling adalah seorang pejuang
Islam yang ulet, pemberani dan hidup sederhana.
D. KEDUNG
TELAGA SARI KRANGKENG
Telaga
ini berada di desa Kalianyar mengenai sejarah dan asal usul telaga ini baru
didapatkan data akurat. Namun ada kisah tentang telaga ini yang dikisahkan oleh
seorang tokoh masyarakat Kalianyar beliau menuturkan kisah perang jaya sena
dengan arimba karena kesakitannya perang ini meninggalkan bekas yaitu telaga
Sari di Krangkeng dan telaga Remis di kaki gunung Ciremai.
(Kisah
lain menurut Pak Suta) adalah telaga ini tempat disayembara menyelam antara Nyi
Gede Krangkeng dan Ki Gede Gungko yang terkenal itu. Lalu katanya telaga ini
airnya pernah diambil oleh Ki Luber untuk keperluan hajatan orang Cirebon kisah
ini. Selanjutnya mengisahkan Ki Sura Madi diberi Ki Luber.
(Masih
kata bapak Sura) Telaga ini pernah diambil ikannya untuk keperluan Cirebon.
Namun di tengah perjalanan rombongan yang mau ngambil ikan ditelaga sari ini di
hadang oleh seekor deleg. Seranggi yang menjelma jadi satria bernama Raden
Malanggana dan terjadi pertempuran, pada pertempuran ini Raden Malanggana dapat
mengalahkan rombongan dari Cirebon kemudian setelah rombongan Cirebon tidak
berhasil maka diperintahnya orang Krangkeng bernama Ki Lokawi untuk mengambil
ikan telaga ini dikeringan airnya namun sebelum selesai waktu sudah menjelang
magrib maka pekerjaan dihentikan di
tengah malam istri deleg Serenggi menangis menumpakan keprihatinan kepada
suaminya, selanjutnya suaminya memanjatkan do’a meminta hujan dan terjadinya
hujan lebat sehingga telaga kembali berair. Namun, ki Lokawi berhasil menyimak
do’a yang disampaikan dedeg Seranggi kemudian disampaikan ke Cirebon sampai
sekarang jika terjadi kemarau panjang masyarakat kerangkeng memanjatkan do’a
minta hujan di makam Ki Lokawi.
E. Religi
dan Tabu
Masyarakat desa Kerangkeng yang sejak
berdirinya dipimpin oleh seorang penganut agama islam yang saat dihuni oleh
beberapa tokoh islam kharismatik maka kehidupan dan sistim kemasyarakatan
mengalami pergeseran-pergeseran itu sesuai dengan perkembangan kemajuan islam
pergeseran itu ke arah yang sesuai dengan keyakinan masyarakat yang ada.
Serah
terima putri Oontien
Seusai melaksanakan serah terima putri
oontien kepada kesultanan cirebon, lalu ke tiga panglima dari Mongolia itu masing-masing ingin melampiaskan perjalanannya.
Panglima Guancang memutuskan untuk tidak pulang kenegarannya dan menetap
berdomisili di Cirebon beserta anak buahnya untuk memeluk agama islam.
Panglima Lieguanhin beserta pasukannya
ingin kembali ke Mongolia, namun tiba-tiba diperintahkan untuk mendarat
dipesisir muara (celancang) yang kelak dapat mewujudkan desa Kerangkeng.
Panglima Tiampokwang adalah seorang
panglima yang terbilang luar biasa kemampuannya di bidang I Politik, ekonomi,
sosial, budaya, Ham, Kam, dan ilmu kekebalan telah dimilikinya dengan sempurna.
Kesehariannya banyak sekali kegiatan-kegiatan yang dikerjakannya seperti
berlatih ilmu kanurafgan, ilmu beladiri, ilmu kekebalan, dan lain-lain namun
yang paling mencengangkan dia membuat kereta kayu tanpa paku. Lama-lama daerah
Roban 1 telah tersohor sebagai pembuat kereta kayu.
Banyak sekali ragam kereta yang dibuat
dari oleh panglima Tiampokwang ada yang roda empat, dua dan ditarik oleh dengan
dua ekor kerbau, ada yang berukir ada pula tanpa ukiran. Pada hari minggu 1486
m Ki Badur seorang murid Tiampokwang yang paling tinggi dalam perguruan
Dampuawang ini, pada hari itu ki badur minta main kepada gurunya untuk meminjam
kereta kayunya yang paling antik guru mengunjungi kekasihnya di desa Kapetakan
yaitu Nyi Balimbing, seorang wanita yang sangat
cantik banyak jejaka yang tergila-gila kepada nyi Balimbing karena
kecantikannya. Setelah seizin gurunya ki Badur beerangkat dengan memakai kerbau
sepasang yakni Maesa gatra dan Maesa gatri. Keberangkatan Ki badur dari sawah,
rawah, telaga dan sungai tak menjadi kendala dan rintangan bagi dirinya, karena diatasnyalah kereta Ki
Badur berjalan. Belum tiba di rumah kekasihnya Ki Badur melihat perahu melaju
diatasnya dan Ki Badur tak berpikir panjang lebar mengutuk perahu dengan
kutukan yang amat sangat, sehingga dengan ilmu hitamnya lalu perahu yang
dikendarai oleh Mbah Kuwu Cirebon jatuh terjerembab diatas pertahanan desa
kerangkeng.
Kemudian Mbah Kuwu bertanya daclam hati,
siapa gerangan yang iseng kepada diriku? semoga tuhan membalas kejahatan ini,
lalu mendadak sontak sebuah kereta kayu yang se dang berjalan diatas sungai
kapetakan iti, Ki badur merasa kaget dan marah dan mengandalkan ilmu
pamungkasnya tetap tidak bisa mengangkat kereta itu. Sementara itu rakyat
kapetakan, besar, kecil, tua, dan muda semua ngeriyung tanpa payung, berkunjung
tanpa ujung, membanjiri tanpa akhiruntuk menyaksikan kejadian itu yang
dianggapnya sebagai tontonan yang sangat mengasyikan.
Kemudian salah satu rakyat itu ada yang
mengumumkan, wahai rakyatku!! Bagaimana kalau kerbau ini kita potongrame-rame
saja, mumpung pemiliknya pulang, dengan suara lantang setuju, lalu Ki Gondang
Kala mendapat jawaban mendapat jawaban banyak
dari suara setuju. Lalu dengan cepat rakyat menyerbu kearah
kerbau-kerbau dan langsung memotong dengan rame-rame.
Hampir seluruh rakyat kapetakan
merasakan nikmatnya daging kerbau Maesa gatra dan Gatri. Ketika Ki Badur dan
teman-temanya sampai kelokasi, ki Badur sangat terfkejut melihat
kerbau-kerbaunya telah tiada. Lalu ki Badur dengan lantang menanyakan kepada
mereka, siapa yang mengambil kerbau-kerbaunya? Dan tidak ragu lagi mereka
menjawab dengan serentak ..... kami tidak tahu..dasar kerbau-kerbau yang di
makan oleh rakyat Kapetakan itu Digjaya, Adigung, adiguna, maka bersamaan
dengan kat-kata tidak tahu dari dalam perut mereka kerbau-kerbau itu bersuara
E..E..L!! jadi kata-kata yang lengkapnya diucapkan dari mulut rakyat kapetakan
itu yakni, “ tidak tahu eee (ora weru eee).
Kemudian Ki bdar mendapatkan seijin
gurunya mennyampaikan selembaran/ sayembara di babtang-batang yang lainya,
barang siapa yang dapat mengangkat kereta antik ini, maka kereta ini akan
diserahkan sebagai pemiliknya. Tidak sedikit orang yang mencoba mengangkat
kereta itu namun tak seorang pun mampu mengangkat kereta antik itu.
Kalo boleh tau adakah yang paham nama ayah dari ki ngabehi lesanpuro?
BalasHapusNamanya kiageng Ja'far shodiq dari alas andaga sari
HapusSuami dari nyi mas anjasmara dan nyimas anjasmani siapa min boleh minta no kontaknya nga
BalasHapusWa mas kiageng kunaepi tau semua 0895327370707
Hapus