Sabtu, 28 Desember 2013

Sejarah Desa Krangkeng



SUSUNAN KEPEMIMPINAN /KUWU-KUWU
DESA KRANGKENG NO. 2006
01.  NYI ENDANG KEKASIH               1580-1591
02.  PANGERAN JAYA PATI                1591-1608
03.  PANGERAFN SURYA RASA        1608-1651
04.  NYI MAS AYU ANJASMARA       1615-1630
05.  PANGERAN TANJUNG                  1630-1649
06.  NYIMAS AYU ANJASMANI         1649-1666
07.  PANGERAFN SURAMADI                        1666-1687
08.  PANGERAN GEBANG                   1687-1700
09.  PANGERAN BAUDAG                   1700-1732
10.  EMBAH SYARKOWI                      1732-1770
11.  KUWU RESITEM                             1770-1796
12.  KUWU JAKA                                                1796-1829
13.  KUWU NGEBEY LESAN PURO   1829-1871
14.  KUWU HAJI MURTADO                1871-1885
15.  KUWU SATI                                     1885-1900
16.  KUWU HAJI ANTARI                     1900-1916
17.  KUWU RABINGO                           1916-1926
18.  KUWU SALAB                                 1926-1928
19.  KUWU RADEYA                             1928-1953
20.  KUWU DARSINI                             1953-1960
21.  KUWU MASRIYAH                                    1960-1967
22.  KUWU SYAFEI                                1967-1968
23.  KUWU MARSO                                1968-1974
24.  KUWU KASNO                                1974-1984
25.  KUWU TARMUKI                           1984-1990
26.  KUWU HAJI BADRUDIN              1990-1998

CATATAN KUWU PEMEKARAN (KALI ANYAR)
01.  KUWU BURHANUDIN
02.  KUWU RANADI
PEMBANGUN DAN PEMERINTAHAN
A.    PEMBANGUNAN
Setelah melaporkan proses pembukaan hutan pesisir Ujung Tua dan keadaannya, Nyi Gender Malaya pulang ke daerah Krangkeng bersama kedua pengasuhnya dengan menyandang gelar Nyi Gede Krangkeng, sebuah gelar pemerintahan yang terhormat.
Setelah menerima tugas dan amanat dari kesultanan Cirebon, Nyi Gede Krangkeng mulali menyusun strategi dan program-program pembanguan. Karena Nyi Gede Krangkeng masih lajang, maka Nyi Gede Krangkeng musyawaraah dengan kedua pengasuhnya. Musyawarah itu menghasilkan keputusan yang stategis dan monumental, yaitu menentukan pusat pemerintahan dan pembangunan pada kebijakan yang pertama tentang penentuan pusat pemerintahan yang startegis, Nyi Gede Krangkeng mempertimbangkan beberapa aspek suatu tempat  pemerintahan yang baik, yang berada di pusat pemukiman. Hal ini dapat kita buktikan dengan diyakininnya kantor kuwu sebagai rumah sebagai kediaman dan pusat pemerintahan. Di tengah-tengah desa Krangkeng terdapat pohon asam yang garis tengahnya kira-kira 10 M dibawah pohon itulah Nyi Gede Krangkeng membuat gubug gatap yang terdiri dari daun-daunan dan rumput alang-alang (yang sekarang memjadi kantor balai desa Krangkeng).
B.     PUSAKA KRANGKENG
a.       Hiasan dinding berbentuk ukiran wayang dari kulit kayu jati sebanyak 9 buah.
b.      Kempluk tempat nener sebanyak 4 buah berbagai ukiran
c.       Cotom bambu 3 buah
d.      Eter tempurung 4 buah
e.       Kati 5 buah
f.       Bangerang 4 buah
g.      Tambang lulub pohon waru 5,5 cm untuk narik jukung 1 buah
h.      Alat-alat tempur terdiri dari:
1.      Kodek liwet kulit dari kayu jati 1 buah
2.      Centong 1 buah
3.      Gagang gobag 1 buah/tangka
4.      Penabuh bende 1 buah/penabuh kayu yang dikepalannya diberi lapisan karet

5.      Gagang hujungan panjalin 1 buah

6.      Kekab kecil 1 buah

7.      Irus

i.        Senjata terdiri dari:
1.      Gagang keris 2 buah
2.      Panah dari besi 2 buah
3.      Klenengan pedati 2 buah
4.      Tumbak kayu 3 buah/tunggak kayu
5.      Panah kayu 1 buah
j.        Alat-alat kelengkapan rumah
1.      Hiasan tunas kelapa
2.      Kelambu dan spray
3.      Iket kepala
4.      Kain tapih
5.      Kandek kecil 3 buah
6.      Mukena
7.      Gagang pisau
8.      Gledeg jati ukuran 3X2 m/ tempat pari

C.     MAKAM KHABIB KELLING
Makam ini terletak dipesisir yang dulunya bernama pesisir ujung tua. Tempatnya sangat menarik, sepi dan indah, oleh karena itu tempat ini sangat cocok untuk tempat bertawadhu zikir menyepi diri mengingat dan berserah diri kepalda khaliq Allah SWT. Sejalan dengan perkembangan transportagsi  dan informasi makam ini sekarang mulai ramai dikunjungi penziarah, dari berbagai daerah.
Mengetahui siapa tokoh Khatib Keling itu bernama Syekh Umar yang datang ke tanah air (Jawa) bersama dengan Sykeh Kuro Kerawang, karena mereka tidak nyaman Syekh Kuro meninggalkan Kerawang dan melanjutkan perjalanan Syiar Islam ke Pakistan.
Selanjutnya dalam kisah itu Syekh Umar melanjutkan ke Cirebon sambil membawa barang-barang permata (berbentuk bulat dan bolong) dan kapalnya karam dan meninggal di pantai pesisir utara.
Persi lain dari Kyiai tersebut, menurut beliau Khabib Keling berasal dari Keling (Samudra Pasai) Aceh sekarang. Beliau bernama Syekh Umar bin Abdullah anak dari seorang Khabib yaitu Khabib Abdullah yang bermukim di Mangga Dua Jakarta. Beliau menyebarkan agama Islam Ke Cirebon dan terdapat di Ujung Tua. Beliau sempat mengajarkan Ilmu agama di Krangkeng dan meninggal serta dimakamkan di pesisir.
Terlepas pendapat mana yang benar namun yang jelas Khabib Keling adalah seorang pejuang Islam yang ulet, pemberani dan hidup sederhana.
D.    KEDUNG TELAGA SARI KRANGKENG
Telaga ini berada di desa Kalianyar mengenai sejarah dan asal usul telaga ini baru didapatkan data akurat. Namun ada kisah tentang telaga ini yang dikisahkan oleh seorang tokoh masyarakat Kalianyar beliau menuturkan kisah perang jaya sena dengan arimba karena kesakitannya perang ini meninggalkan bekas yaitu telaga Sari di Krangkeng dan telaga Remis di kaki gunung Ciremai.
(Kisah lain menurut Pak Suta) adalah telaga ini tempat disayembara menyelam antara Nyi Gede Krangkeng dan Ki Gede Gungko yang terkenal itu. Lalu katanya telaga ini airnya pernah diambil oleh Ki Luber untuk keperluan hajatan orang Cirebon kisah ini. Selanjutnya mengisahkan Ki Sura Madi diberi Ki Luber.
(Masih kata bapak Sura) Telaga ini pernah diambil ikannya untuk keperluan Cirebon. Namun di tengah perjalanan rombongan yang mau ngambil ikan ditelaga sari ini di hadang oleh seekor deleg. Seranggi yang menjelma jadi satria bernama Raden Malanggana dan terjadi pertempuran, pada pertempuran ini Raden Malanggana dapat mengalahkan rombongan dari Cirebon kemudian setelah rombongan Cirebon tidak berhasil maka diperintahnya orang Krangkeng bernama Ki Lokawi untuk mengambil ikan telaga ini dikeringan airnya namun sebelum selesai waktu sudah menjelang magrib maka pekerjaan  dihentikan di tengah malam istri deleg Serenggi menangis menumpakan keprihatinan kepada suaminya, selanjutnya suaminya memanjatkan do’a meminta hujan dan terjadinya hujan lebat sehingga telaga kembali berair. Namun, ki Lokawi berhasil menyimak do’a yang disampaikan dedeg Seranggi kemudian disampaikan ke Cirebon sampai sekarang jika terjadi kemarau panjang masyarakat kerangkeng memanjatkan do’a minta hujan di makam Ki Lokawi.

E.     Religi dan Tabu
Masyarakat desa Kerangkeng yang sejak berdirinya dipimpin oleh seorang penganut agama islam yang saat dihuni oleh beberapa tokoh islam kharismatik maka kehidupan dan sistim kemasyarakatan mengalami pergeseran-pergeseran itu sesuai dengan perkembangan kemajuan islam pergeseran itu ke arah yang sesuai dengan keyakinan masyarakat yang ada.
Serah terima putri Oontien
Seusai melaksanakan serah terima putri oontien kepada kesultanan cirebon, lalu ke tiga panglima dari Mongolia  itu masing-masing ingin melampiaskan perjalanannya. Panglima Guancang memutuskan untuk tidak pulang kenegarannya dan menetap berdomisili di Cirebon beserta anak buahnya untuk memeluk agama islam.
Panglima Lieguanhin beserta pasukannya ingin kembali ke Mongolia, namun tiba-tiba diperintahkan untuk mendarat dipesisir muara (celancang) yang kelak dapat mewujudkan desa Kerangkeng.
Panglima Tiampokwang adalah seorang panglima yang terbilang luar biasa kemampuannya di bidang I Politik, ekonomi, sosial, budaya, Ham, Kam, dan ilmu kekebalan telah dimilikinya dengan sempurna. Kesehariannya banyak sekali kegiatan-kegiatan yang dikerjakannya seperti berlatih ilmu kanurafgan, ilmu beladiri, ilmu kekebalan, dan lain-lain namun yang paling mencengangkan dia membuat kereta kayu tanpa paku. Lama-lama daerah Roban 1 telah tersohor sebagai pembuat kereta kayu.
Banyak sekali ragam kereta yang dibuat dari oleh panglima Tiampokwang ada yang roda empat, dua dan ditarik oleh dengan dua ekor kerbau, ada yang berukir ada pula tanpa ukiran. Pada hari minggu 1486 m Ki Badur seorang murid Tiampokwang yang paling tinggi dalam perguruan Dampuawang ini, pada hari itu ki badur minta main kepada gurunya untuk meminjam kereta kayunya yang paling antik guru mengunjungi kekasihnya di desa Kapetakan yaitu Nyi Balimbing, seorang wanita yang sangat  cantik banyak jejaka yang tergila-gila kepada nyi Balimbing karena kecantikannya. Setelah seizin gurunya ki Badur beerangkat dengan memakai kerbau sepasang yakni Maesa gatra dan Maesa gatri. Keberangkatan Ki badur dari sawah, rawah, telaga dan sungai tak menjadi kendala dan rintangan  bagi dirinya, karena diatasnyalah kereta Ki Badur berjalan. Belum tiba di rumah kekasihnya Ki Badur melihat perahu melaju diatasnya dan Ki Badur tak berpikir panjang lebar mengutuk perahu dengan kutukan yang amat sangat, sehingga dengan ilmu hitamnya lalu perahu yang dikendarai oleh Mbah Kuwu Cirebon jatuh terjerembab diatas pertahanan desa kerangkeng.
Kemudian Mbah Kuwu bertanya daclam hati, siapa gerangan yang iseng kepada diriku? semoga tuhan membalas kejahatan ini, lalu mendadak sontak sebuah kereta kayu yang se dang berjalan diatas sungai kapetakan iti, Ki badur merasa kaget dan marah dan mengandalkan ilmu pamungkasnya tetap tidak bisa mengangkat kereta itu. Sementara itu rakyat kapetakan, besar, kecil, tua, dan muda semua ngeriyung tanpa payung, berkunjung tanpa ujung, membanjiri tanpa akhiruntuk menyaksikan kejadian itu yang dianggapnya sebagai tontonan yang sangat mengasyikan.
Kemudian salah satu rakyat itu ada yang mengumumkan, wahai rakyatku!! Bagaimana kalau kerbau ini kita potongrame-rame saja, mumpung pemiliknya pulang, dengan suara lantang setuju, lalu Ki Gondang Kala mendapat jawaban mendapat jawaban banyak  dari suara setuju. Lalu dengan cepat rakyat menyerbu kearah kerbau-kerbau dan langsung memotong dengan rame-rame.
Hampir seluruh rakyat kapetakan merasakan nikmatnya daging kerbau Maesa gatra dan Gatri. Ketika Ki Badur dan teman-temanya sampai kelokasi, ki Badur sangat terfkejut melihat kerbau-kerbaunya telah tiada. Lalu ki Badur dengan lantang menanyakan kepada mereka, siapa yang mengambil kerbau-kerbaunya? Dan tidak ragu lagi mereka menjawab dengan serentak ..... kami tidak tahu..dasar kerbau-kerbau yang di makan oleh rakyat Kapetakan itu Digjaya, Adigung, adiguna, maka bersamaan dengan kat-kata tidak tahu dari dalam perut mereka kerbau-kerbau itu bersuara E..E..L!! jadi kata-kata yang lengkapnya diucapkan dari mulut rakyat kapetakan itu yakni, “ tidak tahu eee (ora weru eee).
Kemudian Ki bdar mendapatkan seijin gurunya mennyampaikan selembaran/ sayembara di babtang-batang yang lainya, barang siapa yang dapat mengangkat kereta antik ini, maka kereta ini akan diserahkan sebagai pemiliknya. Tidak sedikit orang yang mencoba mengangkat kereta itu namun tak seorang pun mampu mengangkat kereta antik itu.


4 komentar:

  1. Kalo boleh tau adakah yang paham nama ayah dari ki ngabehi lesanpuro?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Namanya kiageng Ja'far shodiq dari alas andaga sari

      Hapus
  2. Suami dari nyi mas anjasmara dan nyimas anjasmani siapa min boleh minta no kontaknya nga

    BalasHapus