MADILOG
Tan Malaka (1943)
L O G I K A
Berikut
sudah saya layani Logika Mystika, Filsafat Ilmu Bukti dan Dialektika. Sekarang
saya sampai kepada perkara terakhir ialah Logika.
Ikutan
(orde) itu sudah tentu boleh disusun dengan jalan lain, yaitu menurut penjuru
masing-masing si pemandang. Saya sebut ikutan diatas, karena ikutan semacam itu
ada sedikit cocok dengan genelogy, turun-menurunnya, menurut tuannya semua
perkara tersebut. Saya pikir tiada bisa disangkal, bahwa Logika Mystika, ialah
Logika yang berasalan kepercayaan semata-mata, bukan bukti yang
dipancainderakan atau diperalamkan, itulah ilmu yang setua-tuanya didunia ini.
Dari
Ilmu Mystika lahir Filsafat dan Filsafat ini pecah dua: Pada pihak satu
terdapat Ilmu Bukti yang melayani Matematika, Ilmu Alam dan Ilmu Masyarakat.
Pada lain pihak terdapat Dialektika dan Logika. Sudahlah tentu tiada bisa
ditentukan dengan pasti, bila Ilmu Bukti itu dilahirkan oleh filsafat, atau
pada tanggal berapa Ilmu Bukti itu dilahirkan oleh filsafat, atau pada tanggal
berapa Ilmu Bukti berpisah dengan Dialektika dan Logika. Ilmu Bukti, Dialektika
dan Logika, adalah rapat sekali seluk-beluknya satu dengan lainnya. Tiadalah
bisa ditentukan dengan batas yang tajam dimana ketiga ilmu itu bisa ditentukan
dengan batas yang tajam dimana ketiga ilmu itu masing-masing mesti ditempatkan.
Perbedaan yang menyolok mata sudah ditentukan, tetapi masing-masing ada
mempunyai bagian yang bersamaan. Tetapi dengan melakonkan semua perkara tadi
keatas panggung menurut genealogie, dan mengemukakan perbedaan dan persamaan
masing-masing bisa tercapai maksud saya: (1) memberi kebulatan dari Madilog,
(2) menyingkirkan herhalingen, membicarakan satu perkara berulang-ulang, lebih
dari mestinya.
Dahulu
dalam lakon filsafat, saya masukan sebagian dari perkara Dialektika. Hal ini
sudah tentu tiada bisa disingkiri, karena Filsafat dan Dialektika adalah ibu
dan anak. Begitu juga ketika menguraikan Ilmu Bukti saya campurkan perkara
Logika. Inipun tiada bisa disingkiri, karena Ilmu Bukti dan Logika itu adalah
dua saudara kembar.
Pada
beberapa Negara Barat dan Amerika, disekolah menengah-tinggipun Logika itu
diajarkan sebagai vak (pelajaran) yang terkhusus bersama-sama dengan Ilmu Bukit
yang lain-lain. Sudah tentu para mahasiswa, murid-luruh mendapat pelajaran,
terkecuali tentang Logika, sebelum dianjurkan Ilmu Bukti. Sebaliknya dalam buku
Logika zaman sekarang tak ketinggalan lagi contoh yang diambil dari Ilmu Bukti.
Begitulah Ilmu Bukti dan Logika Isi-mengisi. Hal ini juga menggambarkan pentingnya
Logika sebagai ilmu berpikir. Teatpi janganlah terlalu dilebihi kepentingannya
itu, berapapun pentingnya dalam daerah sendiri.
Perlu
diperingatkan lagi lebih dahulu, sebagai spring-board (papan-pelompat), tiga
definisi Ilmu Bukti, yakni: (1) accurate thought, pikiran yang jitu, tepat atau
(2) organisation of facts, penyusunan bukti atau (3) simplication by
generalisation, penggampangan dengan mengumumkan. Maka semua hal ini pada
geometry terbentuk oleh cara synthetic, memasang bukti sampai menjumpai teori,
analytic, mengungkai (membuka) teori atas buktinya dan ad-absurdum, cara
menyesatkan buat memperlihatkan kebenaran suatu teori. Maka ketiga cara dalam
Geometry ini seperti sudah dijelaskan ada sangat berkenaan pula dengan caranya
Ilmu Fisika & Co, bekerja: induction, dari bukti naik ke undang, deduction
dari undang turun ke bukti dan verification, penglaksanaan, sesudah sesaat
bertemu lagi.
Syahdan,
maka penguraian tentangan INDUCTION, DEDUCTION dan VERIFICATION inilah
pekerjaan yang terutama dari Logika. Inilah axis, sumbunya Logika. Berkeliling
sumbu inilah roda Logika berputar-putar. Dan buat menyingkiri ulang-mengulang,
maka tiadalah perlu perkara ini ktia uraikan lagi. Dengan cara Induction,
diadakan undang, law, dalam Ilmu Alam & Co. Dan Undang ini mesti
berdasarkan bukti yang kokoh, ialah bukti yang sudah diperamati dan
diperalamkan (observation dan experiment). Semua perkara yang penting inipun
yakni bukti, peramatan, peralaman dan undang sudah cukup dibicarakan. Tiada
perlu pula lagi kita uraikan sekali lagi.
Walaupun
kecil daerahnya Logika, karena takluk dan cuma sebagian dari daerah
Dialektika-Materialistis, dan walaupun hal yang terpenting dari Logika,
sebetulnya sudah diuraikan lebih dahulu, dalam pasal Ilmu Bukti dan Dialektika
sendiri, masih banyak sekali sisanya Logika. Tetapi maksud saya tentulah tiada
hendak menguraikan semua sisanya itu. Logika itu cuma salah satu perkara dalam
“Madilog” dan seperti sudah dibilang, bukanlah perkara yang terpenting. Yang
akan diuraikan pada pasal ini, cuma beberapa “puncak” yang nyata dalam
barisannya sisa Logika itu. Barang siapa hendak ingin mempelajari Logika itu
sepenuhnya, dipersilahkan membaca buku karangan John Stuart Mill, A
system of Logic, rationative-inductive, buku besar dari 600 muka; Jovons
(W. Stanley) The Principles of Science: A Treatise of Logic and Scientific
Method, London 1874, 2 Vol XVI 463 and VII, 480 pages; Irendelenburg (ado),
Logische Untersudschungen, Berlin 1840; Wondelband (W), Die Prinzpien der
Logik, Tubingen 1913. Opzoomer, De Weg der Wetenschap, Een handboek der
Logica, Amsterdam 1851; Opzoomer, Het wezen der kennis, Een Leesboek der
Logika, A’dam 1863. 183 blz.
Saya
mengajak dengan sungguh hati seseorang murid hukum berpikir mempelajari ilmu
yang berguna sekali itu. Cuma saya peringatkan lebih dahulu akan batas, yakni
limit dari Logika itu.
Pasal
1. SEKALI LAGI DIALEKTIKA DAN LOGIKA.
“Sekali
merangkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui”.
“Sekali
membuka puni, dua tiga utang langsai (lunas)”.
Kata
pepatah Indonesia.
Walaupun
perkara yang akan dibicarakan ini termasuk pada pasal lampau, yaitu Dialektika,
tetapi sengaja saya tahan pena saya sampai sekarang. Perkara ini sangat
bertentangan dengan Logika, jadi penting sebagai kritik dari Logika yang sangat
gembar-gemborkan oleh para scientist dengan menguraikan perkara Dialektika itu,
disini saya harap menyimpan banyak tempo dan tempat.
Sudah
dipertentangkan Dialektika dan Logika lebih dahulu dari ini. Menurut Logika ya
itu ya dan tidak itu tidak (A itu A, non A itu, ialah non A). Ya tak pernah
sama dengan tidak (A bukan non A). Dua simpulan yang bertentangan, tak bisa
benar keduanya. Kotak itu putih dan kotak ini hitam tiada bisa benar
keduanya. Salah satunya bisa benar menurut Logika juga: Sesuatu barang mestinya
A atau Non A, tak boleh keduanya.
Sebaliknya
menurut Dialektika, kalau diperhubungkan dengan tempoh, kena-mengenanya
perkara, pertentangan dan gerakan, maka ya itu bisa tidak (A itu pada saat itu
juga bisa Non A). Dipandang dari satu penjuru kotak itu bisa hitam dan putih.
Keduanya. sesuatu barang itu bisa A dan Non A keduanya. Semua ini sudah dikaji.
Sekarang
saya mau kemukakan dua perkara yang penting baik buat Dialektika ataupun
Logika, ialah: (1) quality dan quantity, sifat dan banyak atau bilangan. (2)
Negation der Negation (Hegel) pembatalan kebatalan. Daerah Logika itu
seperti sudah saya jelaskan lebih dahulu, takluk pada daerah yang lebih tingi,
ialah daerah Dialektika. Bukan pula Dialektika yang beralasan benda yang nyata.
Tetapi dalam daerah kecil, Logika pasti bersimaharajalela. Sebetulnya juga
termasuk pada yang sudah-sudah, Cuma bentuk berlainan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar