Kamis, 08 Mei 2014

JAS MERAH

JAS MERAH

“Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak pernah melupakan jasa para pahlawannya”, (Soekarno).
Itulah sedikit gambaran yang diberikan pada Soekarno terhadap bangsa kita, kata-kata tersebut seakan-akan menjadi sebuah ramalan yang terjadi di masa depan. Karena ketika sebuah bangsa telah melupakan apa jasa yang telah diperbuat oleh para pahlawannya, itu akan membuat bangsa itu menjadi terpuruk. Seperti kondisi yang terjadi pada saat ini dimana budaya-budaya kita dahulu sudah mulai hilang atau mungkin malah dilupakan. Budaya yang seharusnya menjadi identitas suatu bangsa malah ditindas dan diganti dengan budaya lain yang muncul yang sebenarnya bukan budaya asli dari Negara kita. Misal saja, di bidang budaya berpakaian, yang dulunya kita sangat ketimuran sekarang sudah mulai didominasi oleh budaya-budaya westernisasi dalam berpakaian.
Ketika kita ingat pidato Soekarno tentang Jasmerah, “Jangan sekali-sekali melupakan sejarah”, sebenarnya ketika kita bisa mengambil nilai lama yang baik dari sejarah kita dahulu kita bisa menjadi bangsa yang mandiri, dan tidak terpengaruh dengan budaya asing yang masuk ke budaya kita. Selain itu kita juga bisa mengambil nilai baru yang mungkin muncul, agar tidak tertinggal dari bangsa lain. Bukan malah memasukkan semua unsure baru yang muncul ke dalam bangsa kita, tanpa adanya saringan yang jelas.
Memang kesadaran untuk menjaga sebuah sejarah atau budaya kita itu sangat rendah, dapat di bilang nasionalisme mereka sudah mulai berkurang. Maka dari itu, orang Indonesia merasa lebih bangga memakai produk luar negeri daripada produk dari negeri sendiri, belum lagi masuknya saham-saham ataupun perusahaan asing yang masuk ke Indonesia, seperti Freeport, Exxon, yang seharusnya bisa dikelola Negara dan menjadi sumber daya alam yang efektif malah dikuasai asing. Kita tahu, ini merupakan proyek-proyek kapitalis dari Negara asing seperti amerika yang dijalankan di Indonesia.
Cobalah kita telaah lagi ketika, soekarno menjalankan ideologi marhaenisme ketika ingin meruntuhkan imperialism dan kapitalisme, kenapa konsep marhaenisme yang berorientasi pada ekonomi kerakyatan ini yang dijalankan untuk kemudian mensejahterakan rakyat. Sekarang kapitalisme sudah merajai di Indonesia, belum lagi mulai munculnya bentuk-bentuk neo-liberalisme di Indonesia. Itu terjadi karena kita tidak pernah belajar dari sejarah kita dahulu, kita hanya menikmati hasil dari proses perjuangan sejarah bangsa kita. Dan akhirnya terjebak pada titik kenyamanan yang justru menjadi boomerang bagi bangsa kita sendiri.
Beda lagi ketika kita mau terus bergerak, tidak hanya berdiam pada titik stagnan dimana kita mendapatkan sebuah kenyamanan, maka dari itu kita perlu belajar banyak dari sejarah, dan mengambil nilai baik dari sejarah itu sendiri, untuk kemudian dijalankan di masa sekarang, tentunya dengan penuh korelasi.
“Mari kita perbaiki kondisi bangsa ini melaui hal-hal kecil yang kita bisa lakukan”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar