Islam dan Pancasila
Belum lama ini isu pancasila dan cinta tanah air menjadi salah satu isu
yang hangat dibicarakan di berbagai media massa. Salah satunya adalah penolakan
dua sekolah islam untuk melakukan ritual penghormatan bendera merah putih dan
penghafalan pancasila bagi siswa-siswanya di daerah karanganyar. Isu ini
menimbulkan banyak persepsi yang berbeda, diantaranya adalah relasi islam di indonesia
dengan konsepsi negara bangsa dengan simbolnya pancasila dan bendera merah
putih. Yang menjadi pertanyaan dalam tulisan ini adalah apakah islam –
khususnya dua sekolah islam di indonesia sebegitu ortodoksnya sehingga
melakukan penolakan? Apakah upacara dan penghormatan serta penghafalan
pancasila menjadi hal penting untuk menimbulkan rasa cinta tanah air? Mengapa
pemerintah daerah karanganyar bersikeras untuk menutup dua madrasah tersebut?
Islam di indonesia merupakan islam tang terbesar secara kuantitas di dunia
melebihi timur tengah. Selain itu islam indonesia merupakan satu-satunya
konsentrasi islam terbesar yang berada jauh dari timur tengah. Islam sebagai
agama memiliki konsepsi tersendiri tentang negara dan bangsa. Islam sebagai
agama mengajarkan kepada umatnya untuk mencintai tanah airnya dan juga patuh
kepada pemimpin mereka. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah mengapa dua
sekolah islam tersebut melakukan penolakan. Salah satu sekolah mengatakan bahwa
pihak sekolah tidak mewajibkan dan memaksa murid-muridnya untuk upacara dan
menghafal pancasila. Sekolah yang lainnya menyatakan bahwa penghormatan kepada
pancasila dan pancasila merupakan suatu kemusyrikan yang harus ditinggalkan.
Perlu diketahui , islam memang merupakan agama yang satu tetapi persepsi dan
aliran di dalamnya begitu banyak. Pernyataan di atas merupakan dua
pernyataan yang jauh berbeda dan bertolak belakang. Dua pernyataan di
atas dapat dilihat juga sebagai suatu kompleksitas yang terjadi dalam islam.
Dalam hal ini penulis tidak memberikan judgment bahwa salah satu atau kedua
pernyataan tersebut salah. Mengapa? Jawabannya akan penulisa paparkan pada
paparan untuk jawaban dari pertanyaan kedua. Yang penulis tekankan pada
paragraf ini bahwa islam tidak mengajarkan untuk menghina dan membangkan
pemimpin di suatu negara selama pemimpin tersebut tidak melakukan kebijakan
yang mendeskreditkan islam secara jelas. Selain itu, islam sebagai satu agama
yang besar secara jelas memerintahkan umatnya untuk mencintai tanah air mereka
dan mengabdi kepada tanah air mereka.
Upacara dan penghafalan pancasila merupakan suatu ritual yang wajib di masa
orde baru. Upacara menjadi suatu ritual rutin yang diadakan di setiap sekolah
pada waktu itu dengan salah satu isinya adalah penghormatan bendera dan
pelafalan pancasila. Setelah reformasi, dua ritual tersebut berubah status dari
wajib menjadi sunnah. Tidak semua sekolah melakukan dua ritual tersebut secara
rutin tiap hari senin. Ada yang 2 minggu sekali dan ada yang sebulan sekali
bahkan ada yang tidak melakukannya seperti dua sekolah islam di atas. Bagaimana
pendapat penulis tentang hal ini terkait dengan isu cinta tanah air? Menurut
penulis, hal tersebut sah-sah saja selama setiap individu memiliki kesadaran
bahwa tanah air mereka adalah indonesia dan mereka bersedia untuk membangunnya.
Upacara dan penghafalan merupakan salah satu cara untuk menunjukkan rasa cinta
tanah air rakyatknya kepada bangsanya. Yang ingin penulis tekankan sekarang
bahwa bagaimana esensi dari upacara bendera dan penghafalan pancasila tersebut?
Keduanya adalah penting dan esensial secara teoritis tetapi jika dilihat dari
prakteknya penulis dapat mengatakan bahwa semua itu percuma dan sia-sia.
Mengapa? Kita semua pernah ikut upacara, kita semua pernah menghafal pancasila,
sebagian dari kita pernah merasakan pendidikan P4 pada masa orde baru. Tetapi
apakah kita semua menyadari esensi dari upacara bendera dan menghafal
pancasila? Apakah kita semua tau makna dibalik pancasila tiap butirnya secara
detail? Apakah kita semua yang pernah menghafal pancasila dan upacara bendera
melakukan isi pancasila dalam kehidupan kita? Penulis akan menjawab, hanya
sebagian dari kita yang memahami makna pancasila dan upacara kemudian
merefleksikan ke dalam kehidupan kita. Dari pengalam penulis, kita dulu tidak
mengikuti upacara dengan hidmat. Kita hanya berdiri dilapangan selama hampir 1
jam sambil berharap upacara selesai. Tidak ada penjelasan mendalam tentang
mengapa kita harus upacara. Kemudian kita dul hanya menghafal 5 butir pancasila
tanpa mendalami dan menghayati makna detail dari tiap butirnya. Sehingga
menghafal pancasila dan upacara bendera tidak memiliki efek yang signifikan
terhadap rasa cinta tanah air tetapi faktor signifikan dalam hal ini adalah
kesadaran tiap individu untuk mencintai tanah air. Bagaimana menimbulkan
kesadaran tersebut? Diri kita masing-masing lah yang mengetahui caranya. Kita
sebagai individu memiliki kebebasan untuk bertindak dan bersikap selama tidak
merugikan yang lain. Tugas utama kita sekarang ini adalah bagaimana kita
melawan alienasi yang kita alami dari konteks sosial budaya modern sekarang
ini. Tetapi dari salah satu pernyataan di atas – yang mengatakan bahwa upacara
dan pancasila merupakan perbuatan musyrik – sangat penulis sayangkan. Penulis
menganggap sekolah tersebut sudah salah kaprah akan konsepsi islam dan negara
bangsa.
Yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah mengapa pemerintah daerah
merespon keras tindakan dua sekolah islam tersebut? Banyak kemungkinan yang
penulis lihat. Penulis berpendapat bahwa, pemerintah pusat pada umumnya dan
pemerintah karanganyar khusus melihat tindakan dua madrasah tersebut merupakan
ancaman bagi negara. Negara dalam hal apa? Negara atau dapat di sebut state yang
penulis maksud adalah kekuasaan. Disini dapat dilihat bagai mana pertarungan
dua kelas berbeda yang sedang berkompetisi untuk menjadi kelas yang dominan.
Pemerintah yang berkuasa merasa terusik dengan tindakan ini karena tindakan ini
memberikan citra bahwa pemerintah tidak mampu mengontrol orang –orang yang
mereka “kuasai”. Selain itu, penulis berpendapat bahwa, tindakan keras ini
merupakan salah satu strategi untuk mereka yang berkuasa untuk melanggengkan
kekuasaan mereka sehubung isu pancasila dan cinta tanah air sedang
hangat-hangatnya. Dengan bertindak seperti itu, pemerintah sekarang mampu
meningkatkan citra mereka sebagai pemerintah yang baik dan peduli kepada NKRI.
Dalam hal ini, media pun memiliki andil. Karena media membantu promosi
pemerintah dengan tujuan keuntungan materi semata. Terakhir penulis berpendapat
bahwa tindakan dua sekolah islam tersebut dapat mengindikasikan bahwa alat
hegemoni negara sudah melemah bahkan sudah tidak diakui oleh rakyatnya. Kondisi
ini tentunya meresahkan mereka yang berkuasa karena pancasila dan ritual
upacara merupakan alat hegemoni yang sangat kuat di indonesia karena sudah ada
sejak indonesia merdeka. Melemahnya alat hegemoni ini juga mengindikasikan
bahwa melemahnya hegemoni para kelas berkuasa untuk tetap di atas. Seiring
dengan melemahnya hegemoni kelas berkuasa, tidak menutup kemungkinan kekuasaan
mereka sedang digoyang dan mereka sedang berusaha menghilangkan goncangan
tersebut agar mereka dapat tetap duduk manis di atas.
Dapat disimpulkan bahwa islam sebagai satu agama besar mengajarkan untuk
cinta tanah air dan patuh kepada pemimpin selama tidak merugikan diri sendiri
dan orang banyak. Hal ini terkait dengan penghafalan dan pelaksanaan upacara
bendera di sekolah-sekolah yang sekarang ini mulai hilang hilang esensi dari
prakteknya dua ritual tersebut karena modernisasi dan kurangnya kesadaran
rakyat indonesia terhadap dua hal tersebut. Isu ini pada akhirnya dijadikan
alat oleh pemerintah untuk meningkatkan citra mereka secara luas kepada
rakyatnya yang juga diikuti oleh kekhawatiran mereka akan kehilangan kekuasaan
mereka yang menjadikan isu ini sebagai suatu ancaman besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar