Sabtu, 11 Januari 2014

Islam dan Pancasila


Islam dan Pancasila

Belum lama ini isu pancasila dan cinta tanah air menjadi salah satu isu yang hangat dibicarakan di berbagai media massa. Salah satunya adalah penolakan dua sekolah islam untuk melakukan ritual penghormatan bendera merah putih dan penghafalan pancasila bagi siswa-siswanya di daerah karanganyar. Isu ini menimbulkan banyak persepsi yang berbeda, diantaranya adalah relasi islam di indonesia dengan konsepsi negara bangsa dengan simbolnya pancasila dan bendera merah putih. Yang menjadi pertanyaan dalam tulisan ini adalah apakah islam – khususnya dua sekolah islam di indonesia sebegitu ortodoksnya sehingga melakukan penolakan? Apakah upacara dan penghormatan serta penghafalan pancasila menjadi hal penting untuk menimbulkan rasa cinta tanah air? Mengapa pemerintah daerah karanganyar bersikeras untuk menutup dua madrasah tersebut?

Islam di indonesia merupakan islam tang terbesar secara kuantitas di dunia melebihi timur tengah. Selain itu islam indonesia merupakan satu-satunya konsentrasi islam terbesar yang berada jauh dari timur tengah. Islam sebagai agama memiliki konsepsi tersendiri tentang negara dan bangsa. Islam sebagai agama mengajarkan kepada umatnya untuk mencintai tanah airnya dan juga patuh kepada pemimpin mereka. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah mengapa dua sekolah islam tersebut melakukan penolakan. Salah satu sekolah mengatakan bahwa pihak sekolah tidak mewajibkan dan memaksa murid-muridnya untuk upacara dan menghafal pancasila. Sekolah yang lainnya menyatakan bahwa penghormatan kepada pancasila dan pancasila merupakan suatu kemusyrikan yang harus ditinggalkan. Perlu diketahui , islam memang merupakan agama yang satu tetapi persepsi dan aliran di dalamnya begitu banyak.  Pernyataan di atas merupakan dua pernyataan  yang jauh berbeda dan bertolak belakang. Dua pernyataan di atas dapat dilihat juga sebagai suatu kompleksitas yang terjadi dalam islam. Dalam hal ini penulis tidak memberikan judgment bahwa salah satu atau kedua pernyataan tersebut salah. Mengapa? Jawabannya akan penulisa paparkan pada paparan untuk jawaban dari pertanyaan kedua. Yang penulis tekankan pada paragraf ini bahwa islam tidak mengajarkan untuk menghina dan membangkan pemimpin di suatu negara selama pemimpin tersebut tidak melakukan kebijakan yang mendeskreditkan islam secara jelas. Selain itu, islam sebagai satu agama yang besar secara jelas memerintahkan umatnya untuk mencintai tanah air mereka dan mengabdi kepada tanah air mereka.

Upacara dan penghafalan pancasila merupakan suatu ritual yang wajib di masa orde baru. Upacara menjadi suatu ritual rutin yang diadakan di setiap sekolah pada waktu itu dengan salah satu isinya adalah penghormatan bendera dan pelafalan pancasila. Setelah reformasi, dua ritual tersebut berubah status dari wajib menjadi sunnah. Tidak semua sekolah melakukan dua ritual tersebut secara rutin tiap hari senin. Ada yang 2 minggu sekali dan ada yang sebulan sekali bahkan ada yang tidak melakukannya seperti dua sekolah islam di atas. Bagaimana pendapat penulis tentang hal ini terkait dengan isu cinta tanah air? Menurut penulis, hal tersebut sah-sah saja selama setiap individu memiliki kesadaran bahwa tanah air mereka adalah indonesia dan mereka bersedia untuk membangunnya. Upacara dan penghafalan merupakan salah satu cara untuk menunjukkan rasa cinta tanah air rakyatknya kepada bangsanya. Yang ingin penulis tekankan sekarang bahwa bagaimana esensi dari upacara bendera dan penghafalan pancasila tersebut? Keduanya adalah penting dan esensial secara teoritis tetapi jika dilihat dari prakteknya penulis dapat mengatakan bahwa semua itu percuma dan sia-sia. Mengapa? Kita semua pernah ikut upacara, kita semua pernah menghafal pancasila, sebagian dari kita pernah merasakan pendidikan P4 pada masa orde baru. Tetapi apakah kita semua menyadari esensi dari upacara bendera dan menghafal pancasila? Apakah kita semua tau makna dibalik pancasila tiap butirnya secara detail? Apakah kita semua yang pernah menghafal pancasila dan upacara bendera melakukan isi pancasila dalam kehidupan kita? Penulis akan menjawab, hanya sebagian dari kita yang memahami makna pancasila dan upacara kemudian merefleksikan ke dalam kehidupan kita. Dari pengalam penulis, kita dulu tidak mengikuti upacara dengan hidmat. Kita hanya berdiri dilapangan selama hampir 1 jam sambil berharap upacara selesai. Tidak ada penjelasan mendalam tentang mengapa kita harus upacara. Kemudian kita dul hanya menghafal 5 butir pancasila tanpa mendalami dan menghayati makna detail dari tiap butirnya. Sehingga menghafal pancasila dan upacara bendera tidak memiliki efek yang signifikan terhadap rasa cinta tanah air tetapi faktor signifikan dalam hal ini adalah kesadaran tiap individu untuk mencintai tanah air. Bagaimana menimbulkan kesadaran tersebut? Diri kita masing-masing lah yang mengetahui caranya. Kita sebagai individu memiliki kebebasan untuk bertindak dan bersikap selama tidak merugikan yang lain. Tugas utama kita sekarang ini adalah bagaimana kita melawan alienasi yang kita alami dari konteks sosial budaya modern sekarang ini. Tetapi dari salah satu pernyataan di atas – yang mengatakan bahwa upacara dan pancasila merupakan perbuatan musyrik – sangat penulis sayangkan. Penulis menganggap sekolah tersebut sudah salah kaprah akan konsepsi islam dan negara bangsa.

Yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah mengapa pemerintah daerah merespon keras tindakan dua sekolah islam tersebut? Banyak kemungkinan yang penulis lihat. Penulis berpendapat bahwa, pemerintah pusat pada umumnya dan pemerintah karanganyar khusus melihat tindakan dua madrasah tersebut merupakan ancaman bagi negara. Negara dalam hal apa? Negara atau dapat di sebut state yang penulis maksud adalah kekuasaan. Disini dapat dilihat bagai mana pertarungan dua kelas berbeda yang sedang berkompetisi untuk menjadi kelas yang dominan. Pemerintah yang berkuasa merasa terusik dengan tindakan ini karena tindakan ini memberikan citra bahwa pemerintah tidak mampu mengontrol orang –orang yang mereka “kuasai”. Selain itu, penulis berpendapat bahwa, tindakan keras ini merupakan salah satu strategi untuk mereka yang berkuasa untuk melanggengkan kekuasaan mereka sehubung isu pancasila dan cinta tanah air sedang hangat-hangatnya. Dengan bertindak seperti itu, pemerintah sekarang mampu meningkatkan citra mereka sebagai pemerintah yang baik dan peduli kepada NKRI. Dalam hal ini, media pun memiliki andil. Karena media membantu promosi pemerintah dengan tujuan keuntungan materi semata. Terakhir penulis berpendapat bahwa tindakan dua sekolah islam tersebut dapat mengindikasikan bahwa alat hegemoni negara sudah melemah bahkan sudah tidak diakui oleh rakyatnya. Kondisi ini tentunya meresahkan mereka yang berkuasa karena pancasila dan ritual upacara merupakan alat hegemoni yang sangat kuat di indonesia karena sudah ada sejak indonesia merdeka. Melemahnya alat hegemoni ini juga mengindikasikan bahwa melemahnya hegemoni para kelas berkuasa untuk tetap di atas. Seiring dengan melemahnya hegemoni kelas berkuasa, tidak menutup kemungkinan kekuasaan mereka sedang digoyang dan mereka sedang berusaha menghilangkan goncangan tersebut agar mereka dapat tetap duduk manis di atas.

Dapat disimpulkan bahwa islam sebagai satu agama besar mengajarkan untuk cinta tanah air dan patuh kepada pemimpin selama tidak merugikan diri sendiri dan orang banyak. Hal ini terkait dengan penghafalan dan pelaksanaan upacara bendera di sekolah-sekolah yang sekarang ini mulai hilang hilang esensi dari prakteknya dua ritual tersebut karena modernisasi dan kurangnya kesadaran rakyat indonesia terhadap dua hal tersebut. Isu ini pada akhirnya dijadikan alat oleh pemerintah untuk meningkatkan citra mereka secara luas kepada rakyatnya yang juga diikuti oleh kekhawatiran mereka akan kehilangan kekuasaan mereka yang menjadikan isu ini sebagai suatu ancaman besar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar