Selasa, 07 Januari 2014

Pemikiran Politik Tan Malaka



Pemikiran Politik Tan Malaka
Tan Malaka Adalah sosok pahlawan nasional yang bergerak sebagai tokoh revolusioner yang membangun kesadaran masyarakat Ind[1]onesia untuk terbebas dari belenggu penjajahan. Tan Malaka adalah putra daerah Sumatera utara yang menjalani hidup sebagai akademisi di salah satu sekolah di Belanda. Diana dia belajar tentang konsep-konsep Marx serta cara-cara untuk membebaskan bangsanya dari dekapan Belanda.
Tan malaka sebagai Pioner dalam partai komunis indonesia yang mempelopori berbagai gerakan dalam memimpin kaum buruh dan kaum tertindas. Sosialisme menjadi senjata secara intelektual bagi perubahan yang ingin dicapai oleh Tan Malaka. Karena selain kelahirannya memang kritik terhadap masyarakat kapitalis, juga dikarenakan nilai–nilai ideal yang dibawa sosialisme akan keadilan ekonomi dan sosial untuk kesejahteraan bersama berhasil menelanjangi praktek penindasan kapitalisme beserta imperialisme. Hal ini yang kemudian menjadikan sosialisme sebagai pilihan menuju perubahan sosial menuju cita–cita Indonesia merdeka. Dari latar belakang ini, saya membatasi beberapa rumusan masalah tentang pemikiran politiknya, yakni :
1.      Biografi Tan Malaka Sebagai Latar Belakang Pemikirannya
2.      Bagaimana konsep pemikiran Tan Malaka Tentang Kemerdekaan R.I

Kerangka Konseptual Tentang Marxisme
Marxisme sebagai aliran pemikiran dapat dikatakan sebagai hasil produksi dari tradisi Renaissance dan Aufklarung. Marxisme adalah sistem pemikiran daripada pandangan-pandangan dan ajaran-ajaran Karl Marx. Menurut Lenin Marxisme adalah seni yang meneruskan dan menyempurnakan ketiga aliran ideologi yang pokok pada abad ke-19 yang masing-masing diwakili oleh tiga negeri paling maju dari sejarah umat manusia  yaitu:  filsafat  klasik  Jerman,  ekonomi  politiklasiInggris dan Sosialisme Perancis yang dirangkai dengan ajaran revolusioner Perancis.[2]
Kejeniusan Marx adalah karena ia yang pertama kalinya menyimpulkan pelajaran sejarah dunia dan menerapkan pelajaran itu secara konsisten. Kesimpulan yang dibuatnya menjadi doktrin dari perjuangan klas terhadap  sistem kapitalisme yang  menindas.  la tumbuh sebagai intelektual yang tajam di masa filsafat dipertanyakan, dari sebuah situasi yang mendesak orang memilih tempatnya dalam sejarah. Filosofi materialisme yang dipaparkan Marx menunjukkan jalan bagi kelas proletariat untuk bebas dari perbudakan spiritual yang membelenggu setiap kelas yang tertindas hingga kini. Teori ekonomi yang dijabarkan Marx menjelaskan posisi sebenarnya proletariat di dalam sistem kapitalisme. Marxisme banyak dianggap sebagai praksis baru bagi filsafat yang mampu menyatukan filsafat, moralitas, ideologi, ekonomi politik ke dalam panduan praksis untuk merubah tatanan struktural masyarakat dunia dibawah istem kapitalisme yang menindas.[3]
Marxisme dikemudian hari banyak dijadikan panduan bagi banyak pergerakan- pergerakan rakyatertindas diseluruh dunia.  Marxisme  banyadipakai sebagai pisau analisis untuk membedah realitas masyarakat dan mengubahnya menjadi keadaan yang lebih baik. Banyak tokoh yang mendasarkan diri dan pergerakanya pada Marxisme, tak terkecuali seorang Tan Malaka seorang tokoh revolusioner Indonesia semasa zaman pergerakan kemerdekaan. Perkenalannya dengan Marxisme banyak mempengaruhi pemikiran-pemikiran dan gagasan-gagasan perjuangannya dalam mengusir kolonialisme Belanda di Indonesia.
Pandangan Marx tentang sosialisme bertentanngan dengan konsepsi-konsepsi sosialisme yang diciptakan Fourier dan Owen – yang menciptakan ‘dunia baru’ dimana setiap orang hidup bahagia. Marx berasumsi bahwa konsepsi tersebuat hanya angan-angan belaka, karena tidak menunjukkan jalan bagaimana mencapainya. Semua itu utopia, kata Marx, hanya impian belaka. Disisi lain, Marx sendiri selalu menolak member gambaran sosialisme. Menurutnya, sosialisme – ilmiah – tidak dapat “membuat resep bagi dapur umum dimasa datang”.
Sementara itu, untuk membedakan ajaran dari gagasan sosialisme utopis, Marx menyusun suatu teori sosial yang menurutnya didasari hokum-hukum ilmiah dan karena itu pasti terlaksana. Marx meyakini adanya ‘hukum-hukum gerak’ dalam masyarakat yang dijalankan dengan prinsip ‘kebutuhan yang mutlak’ didasarkan pada penjelasan naïf dari kemajuan ilmu pengetahuan alam[4]. Pertimbangan moral, menurut Marx, bukanlah dasar bagi sosialisme. Penilaian bahwa kapitalisme itu jahat dan sosialisme itu baik tidak berlaku mutlak, melainkan jika syarat-syarat objektif pengahpusan hak milik pribadi atas sesuatu itu terpenuhi. Hal ini berarti klaim Marx terhadap sosialisme-nya yang bersifat ilmiah bisa diterima, karena berdasarkan pengetahuan hukum-hukum objektif perkembangan masyarakat – yang kemudian tersohor dengan istilah ‘Pandangan Materialis Sejarah’
Sosialisme yang akan datang menggantikan kapitalisme adalah buah dari pada perkembangan masyarakat dalam sejarah dibawah pengaruh hokum dialektik. Menurut Marx, menggunakan jalan ilmiah, sosialisme tidak dapat ditentukan sekarang bentuk dan rupa masa yang akan datang – artinya susunan baru pada masyarakat tidak dibuat, melainkan dilahirkan. Melihat realita sejarah, menurut penulis, sosialisme yang berorientasi pada terbentuknya ‘masyarakat tidak berkelas’ adalah bagian dari hegemoni dan upayah manusia mencapai sebuah kesetaraan. Meskipun realita yang berkembang kini tidak berjalan horizontal, melainkan vertikal. Dengan demikian, apakah tujuan sosialisme yang diutarakan oleh Marx sudah tercapai ?
Konsep sosialisme Marx memang lebih kompleks daripada filsuf lainnya. Tujuan sosialisme dalam pandangn Marx bukanlah membuat suatu konstruksi masyarakat dalam suatu sistem yang selesai bentuknya, melainkan menyelidiki suatu perkembangan sejarah yang melahirkan dua kelas yang bertentangan, dan kemudian mempelajari betapa berpengaruhnya faktor-faktor kelas tersebut terhadap kondisi ekonomi masyarakat yang akan melenyapkan pertentangan tersebut.
Pendapat Marx diatas dikuatkan oleh Engels dalam bukunya “Perkembangan Sosialisme dari Utopia sampai ke Ilmu.” Ajarannya adalah bahwa komunisme merupakan ajaran tentang syarat-syarat yang mesti dipenuhi untuk mencapai kemerdekaan kaum buruh. Dalam menyusun teori mengenai perkembangan masyarakat, Marx sangat tertarik oleh gagasan filsuf Jerman George Hegel mengenai dialektika karena di dalamnya terdapat unsur kemajuan melalui konflik dan pertentangan. Dan unsur inillah yang dia perlukan menyusun teorinya mengenai perkembangan masyarakat melalui revolusi. Untuk melandasi teori sosial, maka dia merumuskan terlebih dahulu teori mengenai materialisme dialektik (dialectical materialism). Kemudian konsep-konsep itu dipakainya untuk menganalisa sejarah perkembangan masyarakat yang dinamakannya materialisme historis (historical materialism). Dan karena materi oleh Marx diartikan sebagai keadaan ekonomi, maka teori marx juga sering disebut ’analisa ekonomis terhadap sejarah’. Dalam menjelaskan teorinya Marx menekankan bahwa sejarah (yang dimaksud hanyalah sejarah Barat) menunjukkan bahwa masyarakat zaman lampau telah berkembang menurut hukum-hukum dialektis yaitu maju melalui pergolakan yang disebabkan oleh kontradiksi-kontradiksi intern melalui suatu gerak spiral ke atas sampai menjadi masyarakat dimana Marx berada. Atas dasar analisa terakhir ia sampai pada kesimpulan bahwa menurut hukum ilmiah dunia kapitalis akan mengalami revolusi -yang disebutnya revolusi proletariat- yang akan menghancurkan sendi-sendi masyarakat kapitalis tersebut, dan akan meratakan jalan untuk timbulnya masyarakat komunis.


Biografi Singkat Tan Malaka
Pemikiran-pemikiran politik Tan Malaka banyak dipengaruhi oleh latar belakang keluarga dan pendidikannya serta kehidupan sosial di sekitarnya yang saat itu masih dibelenggu, berikut pembahasan tentang biografi singkat Tan Malaka 
Kehidupan Masa Kecil
Tan Malaka atau lengkapnya Sutan Ibrahim Datuk Tan Malaka, adalah nama yang asing di telinga karena jarang sekali nama tersebut di dengar bisa dikatakan namanya unik. Beliau lahir di penghujung abad ke-19. tepatnya tanggal 2 Juni 1897 di sebuah desa kecil bernama Pandan Gadang, Suliki Sumatra Barat.[5]  Ayahnya seorang mantri kesehatan yang pernah bekerja untuk pemerintah daerah setempat dan mendapatkan gaji beberapa puluh gulden setiap bulannya.
Latar belakang lingkungan keluarganya menganut agama secara puritan, taat pada perintah Allah serta senantiasa menjalankan ajaran Nabi Muhamad SAW. Sejak kecil Tan Malaka dididik oleh tuntunan Islam secara ketat, suatu hal lazim dalam tradisi masyarakat Minangkabau yang amat religius. Sejak kecil Tan Malaka tumbuh bersama bocah-bocah sebaya di kampungnya dan telah menampakkan bakatnya sebagai seorang anak yang cerdas, periang dan berkemauan keras. Saat saat menginjak usia remaja Tan Malaka telah mampu berbahasa Arab dan menjadi guru muda di surau kampungnya. Pendidikan agama Islam ini begitu membekas dalam diri Tan Malaka sehingga kemudian sedikit banyaknya memberikan warna dalam corak pemikiran Tan Malaka.
Setelah selesai di sekolah rendah ia menjadi satu-satunya anak muda di kampungnya yang mendapat kesempatan bersekolah ke Kweekschool di Bukit Tinggi (1908-1913). Kweekschol dikenal sebagai sekolah raja karena tak tergapai oleh kaum inlanders merupakan satu-satunya sekolah guru untuk anak-anak Indonesia di Sumatera Barat.[6] la dikirim bersekolah beradasarkan keputusan rapat tetua Nagari Pandan Gadang, Suliki. Dalam keputusan rapat dinyatakan jelas pada suatu kepercayaan tradisional bahwa Tan Malaka pada akhirnya akan kembali untuk memperkaya alamnya.[7]
Tan Malaka Menuntut Ilmu di Belanda
Kecerdasan dan keinginannya yang keras serta perangainya yang sopan mendapatkan perhatian serius dari seorang guru Belanda bemama Horensma. Horensma menggangap Tan Malaka sebagai anak angkatnya sendiri. Atas anjuran dari Horensma pula ia dipromosikan untuk meneruskan sekolah lanjutan di negeri Belanda. Atas biaya dan jaminan keuangan yang diupayakan oleh "Engkufonds" yaitu semacam lembaga keuangan para Engku di Suliki dan juga bantuan dari Horensma yang menyediakan diri sebagai penjamin bagi Tan Malaka untuk melakukan perantauan yang nantinya berpengaruh besar pada kehidupannya kemudian. Bulan Oktober 1913 Tan Malaka meninggalkan tanah kelahiranya.[8]
Perantauan bagi seorang individu menurut adat Minangkabau merupakan suatu cara untuk memenuhi panggilan penyerahan diri pada kebebasan dunia. Dengan meninggalkan nagarinya, seorang individu dapat mengenal kedudukannya sendiri di dalam alam dan karena pengalaman perantauannya akan dapat berkembang sampai menjadi anggota dewasa di dalam alam. Tinggal di perantauan merupakan suatu pengorbanan dan menjadi tugas bagi sang perantau untuk memberikan segala pengetahuan yang diperolehnya dirantau kepada nagarinya.[9] Gagasan- gagasan progresif muncul sebagai kritik atas kebijakan pemerintah kolonial Belanda selanjutnya menjadi bahasan dalam Majelis Rendah maupun Majelis Tinggi Belanda.
Dampak dari kebijakan poltik etis yang dikembangkan adalah dimulainya suatu upaya balas budi terhadap rakyat jajahan yang dikenal dengan program Irigasi atau pengairan, Transmigrasi atau perpindahan penduduk dan Edukasi atau pendidikan. Di bidang pendidikan mulai dibuka sekolah-sekolah pemerintah untuk kalangan pribumi walaupun masih dalam sifat terbatas seperti HIS. HBS. STOVIA, OSVIA, Kweekschool, Hoofdenschool merupakan manifestasi dari politik etis untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat di negeri-negeri jajahan dan Tan Malaka adalah salah satu orang yang merasakannya.
Di Belanda Tan Malaka masuk Rijkskweekschool sebuah sekolah untuk mendapatkan gelar diploma guru kepala atau Hoofdakte di kota Haarlem. Tan Malaka memulai hidup baru di negeri orang dalam kondisi yang jauh berbeda dengan kampung halaman asalnya. Dalam otobiografi yang ditulisnya ia mengatakan bahwa kehidupan dinegeri Belanda lebih banyak didekap derita ketimbang suka.[10]  Kondisi iklim Belanda yang jauh berbeda dengan Indonesia membuat kesehatanya merosot, bulan Juli 1915 ia terserang radang paru-paru yang cukup parah dimana penyakit tersebut dapat kambuh setiap saat. 
Sejak itu kondisi sulit terus  menerpanya dan berakibat pada terhambatnya studi TaMalaka  sampai  beberapa  tahun.  Untuk  memulihkan  kesehatanya  Tan  Malaka terpaksa pindah ke kota kecil yang berhawa tropis dan sejuk bernama Bussum. Di kota inilah pula awal perkenalan Tan Malaka dengan wacana-wacana progresif, filsafat serta berbagai peristiwa revolusi di dunia yang saat itu sedang marak di Eropa.
TaMalaka  mulai  berkenalan  dengan  soal-soal  filsafat,  ia  banyak  membaca karya-karya Nietzsche seorang filsuf Jerman. Hasrat intelektualnya membuatnya mulai berkenalan dengan karya-karya Marxisme. la pun mempelajari Het Kapital Karangan Karl Marx dalam bahasa Belanda, Marxtische Ekonomie karya Karl Kautsky, surat kabar radikal  Hel  Volk  milik  Partai  Sosial  Demokrat  Belanda  serta  brusur-brosur  yang menceritakan  perjuangan  dan  kemenanga Revolusi  Bolsyhevi Oktobe 1917.[11]
Pengalaman Revolusi Bolsyevik di Rusia pasca Perang Dunia I sangat berkesan bagi diri TaMalaka.  Revolussosial  menumbangkakediktatoraTsar  yang  dilakukaoleh kaum buruh dan sekaligus membuktikan kebenaran teori Karl Marx tentang hancurnya dominasi kapitalisme oleh suatu revolusi sosial.
Tan Malaka kemudiamengganggadirinya  sebagai seoranBolsyevik  yang lebih mengerti dan mengutamakan realita bangsanya. Marxisme baginya, bukan dogma melainkan suatu petunjuk untuk revolusi. Oleh karena itu, sikap seorang Marxis perlu bersikap kritis terhadap petunjuk itu. Sikap kritis itu antara lain sangat ditekankan pada kemampuan untuk melihat perbedaan dalam kondisi atau faktor sosial dari suatu masyarakat dibanding masyarakat-masyarakat lain. Dari situ akan diperoleh kesimpulan oleh ahli revolusi di Indonesia yang tentulah berlainan sekali dengan yang diperoleh di Rusia, yang sama hanya cara atau metode berpikirnya.
Pemikiran Politik dan Konsep Kemerdekaan
Berangkat  darlatar  historis  bangsa  indonesia  pada  saat  itu  belum  memiliki sejarah bangsa nya sendiri selain perbudakan, Tan Malaka berniat untuk mengadakan revolusi sosial untuk megusir penjajahan keluar dan membersihkan diri ke dalam agar bangsa  Indonesia  memiliksejarahnya  bangsanya  sendiri.  Untuk  mewujudkan  cita- citany tersebut   Ta memilik segudan konse pemikiran   ata gagasa yang spektakuler. Pada bab ini, penulis akan mencoba membahas beberapa dari pemikiran Tan Malaka yang mengupayakan kemerdekaan Indonesia 100%.
Aktifitas dan kiprah seorang Tan Malaka mulai mendapat perhatian dari pemerintah kolonial yang kemudian menggangap Tan Malaka berpotensi besar untuk membangkitkan semangat rakyat melawan penjajahan. Tan Malaka akhirnya diasingkan, dari Indonesia Tan Malaka berlayar langsung ke Belanda. Sesampainya di sana ia segera menjadi orang yang diinginkan oleh Partai Komunis Belanda pada pemilihan perlemen mendatang. Tan Malaka menjadi orang Indonesia pertama yang dicalonkan pada pemilihan anggota ParlemeBelanda.  Keberhasilannya  mengejutkabanyaorang.[12]
Sebagai anggota delegasi Hindia Belanda Tan Malaka mendapat kesempatan berbicara. Dalam pidatonya ia menyerukan agar gerakan komunis bekerjasama dengan gerakan Pan-Islam. Kongres memintanya juga menulis buku untuk Komintern mengeni sikap untuk Indonesia. Tan lalu ditempatkan pada komisi yang menyiapkan resolusi- resolusi mengenai masalah-masalah Timur. Namun Bagi kebanyakan anggota Kongres, ia  jelas  secara  sempit  terpaku  pada  situasdi  Indonesia  datak  memperhitungkan masalah-masalah revolusi secara global; sehingga pandangan dan usul-usul yang dikemukakannya ditolak oleh keputusan mayoritas delegasi. Selain itu tampaknya Tan Malaka juga  menciptakan  musuh-musupada  Kongres  itu  akibat  kecenderungannya untuk menggurui setiap orang. la mengakui hal ini dalam memoarnya dan menyatakan bahwa  ketika  mengajukan  usuuntuk  mengajar  di Rusia,  orang-orang  secara  sarkas menjawab,"kami tak memiliki kursi untukmu!". [13]
Sewaktu di pembuangan dan menjadi salah seorang agen Komintern di Canton, dia menerbitkan buku (1924) "Menuju Republik Indonesia". Dalam karyanya ini ia mengemukakan program-program untuk mencapai atau menuju berdirinya Republik Indonesia yang menyangkut berbagai macam bidang seperti politik, ekonomi, sosial, pendidikan bahkan militerKonsepsi Menuju Republik Indonesia merupakan pelopor konsepsi kemerdekaan yang dicetuskan oleh pemikir  sekaligus pejuang  kemerdekaan Indonesia saat itu. Tan Malaka lebih dulu secara visioner menjelaskan tentang konsepsi meuju kemerdekaan Indonesia. Seperti yang dikatakan Tan Malaka dalam penjelasan tentang program perjuangan dalam bukunya :
Belum  ada  sesuatu  partai  politidi  Indonesia  yang  begitu  jauh  telah  mengumumkan programnya. Baik partai dari intelektuil-intelektuil  seperti Budi Utomo dan Nasional Indische Partij maupun massa Partai Sarekat Islam dapat menyusun dengan pendek tuntutan-tuntutan ekonomi dan poltiknya. Mereka berpegang teguh pada perkataan merdeka yang sama. Mereka tak pernah mengupas keadaan ekonomi dan sosial masyarakat Indonesia. Karenanya mereka juga tak pemah sampai pada programnya, sebab suatu program bukannya hanya satu "daftar keinginan", akan tetapi harus didasarkan atas susunan sosial ekonomi sesuatu negeri.[14]

Tan Malaka menjelaskan arti penting sebuah program sehingga tidak hanya saja terjebak pada jargon ataupun slogan kemerdekaan semata, ini dijelaskanya :

 “.Pergeraka revolusione di   Indonesi selalu  masih   ada Jika   pergerakan   ini  hendak mendapatkan hasil, maka sekarang telah pada waktunya, kita menyusun program nasional dan mengumumkan  program ini kepada seluruh rakyat.Kita  kira, program kitini selaras dengan keadaan  ekonomi  sosial  Indonesia,  kita  dapat  dengarasa  berat  selangkah  lebih  jauh  dalam tuntutan kita, tanpa menyusahkan kita sendiri bagian lain kita tak akan dan tak perlu mundur selangkah  pun. Program ini agaknysesuai dengan  kemungkinan, baik internasional  maupun nasional. Jika besok atau lusa kapitalisme dunia jatuh sehingga rakyat Indonesia bisa mendapatkan segala bantuan lahir dan batin dengan langsung dari proletariat barat, maka program ini dapat digunakah sebagai dasar yang kuat untuk membentuk bangunan komunistis. Jika kita besok atau lusa terpaksa melakukan perjuangan nasional sendiri, maka program ini cukup mempunyai unsur- unsur untuk membangkitkan dan memusatkan tenaga-tenaga seluruh rakyat Indonesia yang sedang tidur, tenaga-tenaga yang sangat dibutuhkan untuk mendapatkan kemerdekaan nasional. Jika kita selanjutnya mendapatkan kemerdekaan itu, kita dapat juga mempertahankannya dengan lebih baik. Dengan tenaga-tenaga yang terdapat di Indonesia kita - nanti sesudah mendapatkan kemerdekaan — dapat melangkah ke arah komunisme internasional lebih cermat dan dengan memperjuangkan rakyat dan dilaksanakan dengan jujur dapat menciptakan satu setia-kawan, satu setia kawan yang aka mampu   menghancurka imperialisme buka hany demikian,   aka tetap juga menjauhkannya                 buat  selama-lamanya           dan         akhimya                 merintis    jalan    untuk   komunisme intemasional.[15]

Dalam kata pengantar buku Menuju Republik Indonesia , Tan Malaka menuliskan: “Dengan “Le etat cestmoi yang berarti negara adalah saya Raja Matahari Perancis dengan penuh kesadaran atas kekuasaanya menyatakan apakah negara itu. Sekarang Partai Komunis Indonesia  dapat  berkata,  Gerakan  Revolusioner  adalasaya”.  Kesadaran  inilah,  sebagai pemimpin dari seluruh rakyat revolusioner Indonesia, yang mendorong kita mengemukakan program dan taktik kita kepada segolongan rakyat....PKI dan sarekat Rakyat, penjelmaan kemauan rakyat revolusioner dalam perjuanganya.....”[16]
Program-program ini sebenarnya dituliskan oleh Tan Malaka untuk PKI sebagai pegangan  partainya  (PKI)  yang  diinginkannya  untuk  mengambil  atau  memainkan peranan pimpinan revolusioner ke arah yang dicita-citakannya.
Isi buku Menuju Republik Indonesia  secara keseluruhan lebih kepada taktik dan strategi pergerakan revolusioner untuk menggulingkan kolonialisme. Tetapi dalam buku ini ditekankan pula bahwa sifat PKI dan komunisme yang menjadi penggerak perjuangan bukanlah sifat yang eksklusif, anti agama dan anti nasional, melainkan justru bersifat nasionalis, mendukung perjuangan seluruh kelas dan kelompok di Indonesia, bahkan dalam buku ini Tan Malaka menegaskan bahwa kalaupun kaum proletar (yang secara sempit ditafsirkan sebagai PKI) menang dan berkuasa ia tidak boleh menerapkan demokrasi rakyat komunis ala Soviet, melainkan harus  penerapkan demokrasi yang luas meliputi segala kelompok, suku, ras, agama dan sebagainya yang oleh Tan Malaka diistilahkan sebagai Majelis Permusyawaratan Nasional Indonesia Tan Malaka berpendapat bahwa konsep "Republik Indonesia" merupakan sebuah konsep yang cocok bagi Indonesia. Tan Malaka juga menuliskan sebuah kalimat bernada agitasi dalam membangkitkan semangat dan optimisme dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Ia berpendapat bahwa  kesulitan  ekonomi  yang  dideritrakyat  Indonesia selama mengalami penjajahan adalah bibit semangat untuk menumbuhkan massa yang revolusioner.
Buku Menuju Republik Indonesia. Itu ditunjukkan kepada para pejuang intelektual di Indonesia dan di negeri Belanda. Kelompok-kelompok diskusi yang ada di Jakarta dan Bandung, segera membahas brosur itu. Klub Debat Bandung dipimpin oleh Bung  Kamo  dan Ir.  AnwaBung  Karno  selalu  membolak-balik,  mencorat-coret  dan membawa kedua buku itu kenang Sayuti Melik yang saat itu nyantri pada Bung Karno di Bandung. Kemudian hari di dalam tulisan Indonesia Menggugat (pembelaan Bung Karno di depan Pengadilan Bandung), isi buku dikutip oleh Bung Karno. Di Jakarta, para pelajar di atas antara lain, Sugondo Djojopuspito, Karim Pringgodigdo, Maruto Nitimihardjo, Amir Syarifuddin Harahap, Sumitro Reksodiputro, Abu Hanifah, dan Sumanang selalu mendiskusikan masalah di tanah air, mulai dari masalah pendidikan, kesehatan masyarakat, cara membela rakyat dari tuan tanah maupun rentenir sampai kejadian di luar negeri; Revolusi Bolshevik maupun Revolusi Perancis. Buku Menuju Republik Indonesia menambah keyakinan para pemuda terpelajar saat itu  bahwa kemerdekaan bukan sesuatu hal yang tidak mungkin.Terlebih lagi kalimat-kalimat agitasi Tan Malaka terhadap kaum intelektual dalam buku tersebut :
Tak terdengarkah olehmu, teriakan massa Indonesia untuk kemerdekaan yang senantiasa menjadi  semakin  kerasTaterlihatlah  olehmu,  bahwa  mereka pelan-pelan  melangkah  maju dalam perjuangan yang berat?Apakah kamu akan menunggu sekian lama, sampai nanti kemerdekaan  direbut  oleh  mereka  sendiri  sedang  kamu  pasti  akan  ikut  menikmati  buah kemenangan mereka yang nyaman?....Karenanya bergabunglah kamu dengan barisan kita!.[17]
Pemberontakan PKI 1926, menjadi satu peristiwa yang sangat disesalkan oleh Tan Malaka,  dimana apa  yantelah dituliskanya dalaMenujRepubliIndonesia tentang masalah strategi dan taktik, kesiapan sebuah partai revolusioner dan pentingnya meraih dukungan massa rakyaluas dalam memimpin pergerakan revolusioner  justru diabaikan oleh PKI.
Selanjutnya  Tan  Malaka  melukiskan  kehidupan  rantau  dan  pelariannya  yang kedua sebagai masa isolasi politik total sesungguhnya. Bahkan sampai tahun 1926 ketika ia  masih  aktif,  ia  tak  menyebutkan  kontak  yang  berarti  dengan  kaum  pergerakan Indonesia kecuali beberapa kali pertemuan dengan dua kawan separtai, Alimin dan Dawud, serta beberapa surat-menyurat dengan kawan lain seperti Subakat. Tahun 1928 dia  diangkat  kembali  oleh  Komintern  sebagai  salah          seorang  agennya  untuk  Asia Tenggara. Rupanya pada waktu itu, Moskow belum mengetahui tentang kegiatan Tan Malaka dengan PARI-nya. Sewaktu ia memasuki Hongkong dari Shanghai (1932), dalam perjalannnya menuju pos barunya di Birma sebagai agen Komintern, Tan Malaka ditangkap Inggris dan ditahan selama beberapa minggu. Sesudah dilepas, ia kembali ke Cina (Amoy), di mana ia menghidupi dirinya dengan mendirikan sekolah bahasa asing yang cukup berhasil sampai tahun 1937, ketika dia terpaksa lari lagi sewaktu Jepang menyerang  kota  itu.  Ia  menyingkir  ke  Singapura,  menyamar  sebagai  guru  Cina  di sekolah-sekolah di sana sampai 1942. Sewaktu ia sampai di Indonesia kembali, Jepang sudah mendarat dan berkuasa. Semenjak meninggalkan Bangkok (1927), kecuali hubungan surat-menyurat yang terbatas dan kemudian juga terputus, Tan Malaka lebih banyabergerak sendiri. Dalam arti kata yanmendekati sesungguhnya dia menjadi seorang pejuang revolusioner yang kesepian, tetapi juga setia pada cita-cita revolusinya.
Sementara itu, Komintern dan orang-orang komunis Indonesia yang mengetahui tentang keberadaan PARI dengan sendirinya mengungkapkan kepada mereka siapa Tan Malaka yang sebenarnya. Dia dikecam habis-habisan, antara lain oleh tokoh PKI Muso, yanberhasil masuk Indonesia dari Moskow tanpa diketahui Belanda. Musssegera menulis pamflet yang menentang Tan Malaka dengan PARI-nya. Tan Malaka yang dulunya pernah menjadi ketua PKI dan agen Komintern, kini menjadi musuh utama mereka (PKI).
Menariknya Tan Malaka sendiri tak sering menyebut PARI, partai politik yang didirikanya tahun 1927, setelah meletus pemberontakan PKI tahun 1926-1927, kecuali mencatat  bahwa  ia  menerima  berita penangkapan  para pemimpin  partai lainnya  dan tentang penangkapan para pemimpin partai lainnya dan tentang hancurnya komunikasi antar partai.
Dari buku itulah terdapat banyak konsep-konsep kemerdekaan Tan Malaka dengan menggerakkan massa dengan jalan revolusi sehingga masyarakat Indonesia tersentuh untuk ikut berjuang dalam pergerakan menuju Indonesia merdeka yang terbebas dari segalah bentuk belenggu penjajahan.


Penutup
Dari hasil pembahasan yang telah diuraikan dia atas, pokok-pokok pikiran yang dapat disimpulkan sebagai jawaban atas rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
Kesimpulan
1.              Tan Malaka berlatar belakang keluarga yang sangat taat beribadah  dan menjunjung tinggi nilai dan norma budaya Sumatera utara. Beliau beruntung bisa melanjutkan sekolahnya di Belanda dan disanalah dia belajar tentang konsep sosialisme dan komunis yang berkiblat ke Soviet dan Marxis.
2.              Pemikirannya tentang konsep membawa dampak nyata pada perjuangan kemerdekaan Indonesia. Pemikiran yang diwujudkan dalam tindakan nyata  dan ulis sebuah buku yang berjudul "Menuju Republik Indonesia ". Tan Malaka berupaya meletakkan roh nasionalisme sebagai aspek pokok dengan Mendorong persatuan antara Islam dan Komunisme. Tan Malaka juga tidak sepakat terhadap pemberontakan PKI tahun 1926 karena menggangap situasi revolusioner di rakyat belum matang. Hal tersebut mencerminkan bahwa dirinya adalah seorang nasionalis sejati yang mencintai bangsanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar