Pemikiran Tan Malaka
Suara Tan Malaka dalam kubur tambah keras bukanlah roh Tan malaka yang jadi setan gentayangan, tetapi cita-cita perjuangan Tan Malaka selama ini di katakan [I]misterius.[/I] Setelah di lakukan Risearch dan di tulis oleh pakar pakar politik, Benidic Benderson menulisnya kemudian di lanjutkan oleh Dr. Harry A. Poeze menulis buku yang berjudul; Tan Malaka Levensloop Van Tot 1945. kemudian di lanjutkan oleh tokoh Indoneia Mr. Muhammad Yamin di Tahun 1945 menulis. Tan Malaka Bapak Republik Indonesia.Riwayat perjuangan Tan Malaka memiliki ciri Khusus tersendiri dan bagi masyarakat Internasional memiki warna tersendiri, mandiri, tegas dan gagah berani dan tidak ikut-ikutan jadi Beo jadi Klise atau trompet yang sedang berkuasa. Tan Malaka ia tidak sama dengan tokoh lain, lebih memilih untuk berunding ketimbang melakukan gerakan seperatis untuk mempercepat proses Revolusi maka ia mengatakan kepada PKI jangan kita melakukan revolusi, ia akan muncul dengan sendirinya, kita belum matang, tapi akhirnya Tan malaka di buang.
Tan Malaka mendukung Pan Islame (perjuangn melawan imprealisme-kolonialisme namun ini tidak mendapat tangapan dan respon yang baik dari masyarakat Indonesia, dan malahan yang terjadi adalah; sikapnya menentang Stalin dan inilah yang ia di tuduh Tan Malaka penganut Troskyisme dan Pki ikut-ikutan megeroyok dan memusuhi Tan Malaka dengan cara melakukan pemberontakan pada Tahun 1926.
Catatan dan tangapan pokok pokok pemikiran Tan Malaka ( 2jun –hilang 19 Februari 1949) ini diangkat dari karya-karyanya tulisan pidato almarhum berdasarkan objetifitas terhadap karya-karya tersebut. “setiap karyanya di tujukan untuk kepentingan sewaktu perjuangan Indonesia dengan pandangan yang jauh mengarah kedepan”.
Di bidang filsafat karya Tan malaka adalah buku Madilog pada tahun 1942 dan pandangan hidup pada tahun 1948. Dari kedua tulisan tersebut Tan Malaka seorang ahli dalam bidang pengetahuan, Tan malaka sependapat dengan Engels bahwa kaum filsafat pada umumnya terbagi pada dua blok yang bertentangan kaum idealis dan kaum materialisme.
Kemudian memandang kepada filosofi idealis yang terbesar yaitu Hegel, Tan Malaka bahwa Hegel pun tidak selalu melayang pemikiranya di dunia pemikiran saja (etopia), materialisme Marx berpangkalan kepada kebendaan. Demikian dengan Tan Malaka pernah menyatakan dirinya diantara dua blok tersebut dan cendrung untuk memutuskan ilmu pengetahuan yang terilhami oleh sebuah [I]dialetika[/I] sebagai cara berfikir dan dialetika (tesis, anti tesis, sintesis) sebagai hukum gerak, gagasan Malaka tentang Medilog sebagai alat untuk menghalangi dan memerangi mistik timur yang sangat mengahambat kemajuan kebudayaan.
alam brosur politiknya (1945) Tan Malaka mengemukakan pendapatnya tentang kemerdekaan, hakikit dari kemerdekaan adalah kedaulatan yang mnegandung makna yang luas dan kemakmuran. Kemerdekaan menurut Tan Malaka yang di uraikanya bahwa kemerdekaan bukanlah kemauan tunggal akan tetapi kemauan terikat.
Pandangan Tan Malaka tentang revolusi, timbulnya sebuah revolusi pada umumnya menurut Tan Malaka adalah pada suatu krisis,ekonomi yang berubah sedikit demi sedikit bergeser menjadi sebuah konflik. Pemikiran Tan Malaka tentang revolusi akan terjadi dengan sendiri sebagai hasil dari berbagai keadilan, tumbuh secara alami tidak di paksa.
[B]Pemikiran politik Tan Malaka[/B]
Lahir dan berasal dari Sumatera Barat (Minang Kabau) tepatnya di Payakumbuh Tak banyak orang mengenal secara dekat ataupun bertatap muka secara pirbadi dengan Tan Malaka. Namanya tidak bisa di pungkiri keberadaanya dari arena percaturan politik Indonesia terutama pada masa kolonial belanda, masa revolusi dan sesudahnya pada tahun 1949 di mana tahun ini tepatnya pada tanggal 19 Februari ia gugur saat mengahadapi perang kemerdekaan yang keduanya. Sumbangan terhadap kemerdekaan sama dengan tokoh pergerakan rakyat Filipina terkenal yaitu Yose rizal.
Dalam sejarah perjuangan selama 28 Tahun, hanya 2 Tahun mempunyai kesempatan untuk berjuang secara terang-terangan di tengah bangsanya, masa dua tahun berjuang itu pun tidak penuh tertutup ketika ia di tangkap dan di masukkan kedalam penjara, 23 Februari. Dan setelah ia keluar kemudian di tangkap lagi pada masa Kabinet Syahrir II karena di tuduh melakukan oposisi menolak diplomasi dengan agresor Belanda.
Tuduhan itu tidak sampai disana kemudian Tan Malaka dikatakan telah menculik PM Syahrir pada tangal 3 Juli 1946 di penjara lagi seperti itulah kehidupan Tan Malaka hidup dari penjara ke penjara. Menurut pendapat Benidic Anderson pendapat tersebut tidak beralasan, para pemimpin Republik Indonesia tahu betul bahwa Tan Malaka tidak bersalah, barangkali kerena itu ia tidak berani mengahadapkan kesidang pengadilan tapi karena alasan kepentingan nasional maka di perlukan seorang kambing hitam yang tidak berdaya dan Tan Malaka paling cocok untuk peran ini.
Akhirnya pengadilan Negeri Solo melalui kepala pengadilanya Mr. Suripto mengeluarkan Surat keputusan No.643. 15 September 1948 yang mengatakan bahwa Tan Malaka tidak bersalah dan kemudian atas keputusan Presiden R.I. No.53. tanggal 23 maret 1963. Tan Malaka di angkat sebagai pahlawan kemerdekaan nasional karena di nilai berjasa dalam prjuangan kemerdekaan Indonesia .
Sejarah telah memaafkan kita dengan memberi kehormatan kepada Bapak Republik Indonesia dan pahlawan kemerdekaan Nasional kepadanya. Tetapi gelar sebagai pahlawan nasional hanya sepintas gelar tinggal diatas kertas saja dan di simpan di tempat laci. Namnaya di sembunyikan oleh kebanyakan rakyat Indonesia dan tidak mau mengambil gagasan Tan Malaka bagaimana ia memperjuangkan Rakyat miskin, dan tidak mau kompromi dengan penghisapan dan penjajahan kaum kapitalis, dan namanya Tan Malaka banyak yang disembunyikan kepada anak didik dan generasi muda, sudah saatnya kita jujur menerima dan mengakuinya atas diri kita sebagai bangsa.
[B]Critical Revieu.[/B]
Setelah membaca buku apa, siapa dan bagaimanaTan Malaka? di mana letak tertariknya kita tentang buku penulis adalah sebelum membaca gagasan Tan Malaka kita menyangka Tan malaka seorang Komonis tulen dan terbukti bayak orang membencinya dan banyak pula orang yang mencintainya, setelah membaca buku tersebut apa yang kita duga tidak demikian. Ternyata Tan Malaka bukan seorang komonis seperti yang di bicarakan orang .
Apa yang di tulis dan bahasa yang di gunakan oleh DP Asral, S.H sangat sederhana sehinga akan sangat mudah kita memahaminya dan sekali lagi bahasa yang di gunakan penulis tidak terlau berat dan ilmiah. Artinya adalah, kebanyakan karya buku para Proffesor terlalu ilmiah konsekuensinya kita agak berputar tujuh keliling untuk memahami bahasa yang di tulisnya dan biasanya penulis buku kurang memperhatikan subjeknya (pembacanya).
Bagi mahasiswa, Guru, Dosen, pelajar, bagi peminat sejarah dan masyarakat luas, buku ini kita yakin sangat bermanfaat sebagai bahan pelajaran untuk masa depan agar tidak terulang sisi gelap sejarah Indonesia, dan ini persembahkan oleh DP Asral kepada masyarakat Sumatera Barat adalah karena Tan malaka adalah tokoh Nasional yang banyak di tinggalkan pemikiranya oleh orang Minang Kabau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar