Naionalisme Unggul
Salah satu gagasan menarik dari Dino Patti
Djalal, peserta Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat, adalah
“nasionalisme unggul”. Gagasan itu disampaikannya dalam Meet The Press
Komite Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat di sekretariat komite,
Jalan Dipatiunus, Kebayoran, Jaksel, Kamis, 9 Januari 2014.
“Nasionalisme unggul adalah adalah suatu
semangat, etos hidup, karakter bangsa,sekaligus resep- resep sukses yang
dapat membuat bangsa Indonesia melesat menjadi raksasa Asia,” kata Dino
yang memang telah membukukan gagasannya dengan judul “Nasionalisme
Unggul: Bukan Hanya Slogan”.
Dino juga mengajak bangsa Indonesia
menerapkan nasionalisme unggul dalam kehidupan sehari-hari di rumah,di
sekolah, di kantor, dan di Negara. Sebab pada abad ke- 21, merdeka dan
berdaulat saja tidak cukup tetapi kita harus unggul di dalam dan di
luar.
“Saya tidak setuju kalau ada orang yang
menyatakan bahwa masalah kita sekarang ini adalah menipisnya
nasionalisme. Kita semua nasionalisme dalam arti kita mencintai
Indonesia dan bangga menjadi orang Indonesia. Masalahnya nasionalisme
itu banyak bentuknya. Ada nasionalisme sempit, ultra nasionalisme,
nasionalisme sesat, dan nasionalisme eksklusif. Tapi ada juga
nasionalisme yang moderat, yang inklusif, adiktif, terbuka, yang
pluralis dan yang kreatif ketimbang destruktif. Dan tipe ini saya sebut
nasionalisme unggul,” kata Dino, mantan Dubes RI untuk Amerika Serikat.
Tantangan generasi kita yang terbesar, kata
mantan Juru Bicara Presiden ketika Susilo Bambang Yudhoyono tersebut,
adalah bagaimana mewujudkan nilai-nilai ’45 dengan realita abad ke 21.
Dulu pejuang bangsa kita memperjuangkan kemerdekaan, kini generasi kita
mengusung interdepence. Dulu kita berjuang melawan kolonialisme sekarang
menjadi bagian globalisme. Dulu ancaman bangsa datang dari luar, kini
lebih banyak dari dalam negeri. Dulu Indonesia disebut negara ketiga,
kini mempunyai titel yang lebih bermartabat: emerging economy. Dulu
pejuang kita bercita-cita bisa sejajar dengan negara lain, sekarang itu
sudah tercapai. Tapi tentu itu saja tidak cukup. Kita harus berdiri di
garis terdepan pergaulan antar bangsa.
Dino menegaskan, tahun 2014 lebih dari
sekadar tahun pemilu atau regenerasi politik, akan tetapi harus lebih
jelas menentukan arah bangsa Indonesia di tengah arus perubahan zaman
yang begitu cepat. Jadi tahun 2014 adalah masa dimana kita harus
merancang secara profil insan indonesia di abad ke-21.
“Insan yang bukan saja punya hak-hak sebagai warga negara namun juga
punya akta kelahiran,ijazah pendidikan, listrik, air bersih, rekening
bank, KTP, NPWP, pekerjaan, rumah yang layak dan bermasa depan,” kata
peraih gelar doktor bidang hubungan internasional di London School of
Economics and Political Science tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar