Sabtu, 11 Januari 2014

Naionalisme Unggul

Naionalisme Unggul
Salah satu gagasan menarik  dari Dino Patti Djalal, peserta Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat, adalah “nasionalisme unggul”. Gagasan itu  disampaikannya dalam Meet The Press Komite Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat di sekretariat komite, Jalan Dipatiunus, Kebayoran, Jaksel, Kamis, 9 Januari 2014.
“Nasionalisme unggul adalah adalah suatu semangat, etos hidup, karakter bangsa,sekaligus resep- resep sukses yang dapat membuat bangsa Indonesia melesat menjadi raksasa Asia,” kata Dino yang memang telah membukukan gagasannya dengan  judul “Nasionalisme Unggul: Bukan Hanya Slogan”.
Dino juga mengajak bangsa Indonesia menerapkan nasionalisme unggul dalam kehidupan sehari-hari di rumah,di sekolah, di kantor, dan di Negara. Sebab pada abad ke- 21, merdeka dan berdaulat saja tidak cukup tetapi kita harus unggul di dalam dan di luar.
“Saya tidak setuju kalau ada orang yang menyatakan bahwa masalah kita sekarang ini adalah menipisnya nasionalisme. Kita semua nasionalisme dalam arti kita mencintai Indonesia dan bangga menjadi orang Indonesia. Masalahnya nasionalisme itu banyak bentuknya. Ada nasionalisme sempit, ultra nasionalisme, nasionalisme sesat, dan nasionalisme eksklusif. Tapi ada juga nasionalisme yang moderat, yang inklusif, adiktif, terbuka, yang pluralis dan yang kreatif ketimbang destruktif. Dan tipe ini saya sebut nasionalisme unggul,” kata Dino, mantan Dubes RI untuk Amerika Serikat.
Tantangan generasi kita yang terbesar, kata mantan Juru Bicara Presiden ketika Susilo Bambang Yudhoyono tersebut,  adalah bagaimana mewujudkan nilai-nilai ’45 dengan realita abad ke 21. Dulu pejuang bangsa kita memperjuangkan kemerdekaan, kini generasi kita mengusung interdepence. Dulu kita berjuang melawan kolonialisme sekarang menjadi bagian globalisme. Dulu ancaman bangsa datang dari luar, kini lebih banyak dari dalam negeri. Dulu Indonesia disebut negara ketiga, kini mempunyai titel yang lebih bermartabat: emerging economy. Dulu pejuang kita  bercita-cita bisa sejajar dengan negara lain, sekarang itu sudah tercapai. Tapi tentu itu saja tidak cukup. Kita harus berdiri di garis terdepan pergaulan antar bangsa.
Dino menegaskan, tahun 2014  lebih dari sekadar tahun pemilu atau regenerasi politik, akan tetapi harus lebih jelas menentukan arah bangsa Indonesia di tengah arus perubahan zaman yang begitu cepat. Jadi tahun 2014 adalah masa dimana kita harus merancang secara profil insan indonesia di abad ke-21.
“Insan yang bukan saja punya hak-hak sebagai warga negara namun juga punya akta kelahiran,ijazah pendidikan, listrik, air bersih, rekening bank, KTP, NPWP, pekerjaan, rumah yang layak dan bermasa depan,” kata peraih gelar doktor bidang hubungan internasional di London School of Economics and Political Science tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar