Sabtu, 04 Januari 2014

Tirakat Mbah Muqoyyim

Tirakat Mbah Muqoyyim 

NAMA Buntet Pesantren sudah cukup dikenal. Setidaknya oleh kebanyakan masyarakat pesantren di Indonesia. Bahkan pesantren besar di Jawa Barat jika ditelusuri terkait dengan Buntet. Padahal jika mau jujur Buntet itu sendiri sebuah tempat yang sangat kecil, sebuah dusun bahkan bukan desa seperti disangka orang. Ada sebuah tirakat yang dilakukan oleh pendiri Buntet saat hijrah ke tanah ini dan diduga kuat berusaha meniru hijrah Rasulullah saw dalam membangun kota Madinah. Masa sih?
Sebelum penulis membahas tirakat Mbah Muqoyyim, kita perlu mengingat kembali sejarah dua kota yang paling banyak dikunjungi karena kemuliaannya: Makkah dan Madinah. Nabi Muhammad saw menyebut dua kota ini dengan sebutan "tanah haram" seperti ditulis Syekh Maliki Al Husaini, mengutip hadits Rasulullah saw: Inna ibrahim harrama makkah wainni harromal madinah. " Sesungguhnya, Nabi Ibrahim A.S. memiliki Mekkah sebagai tanah haramnya, dan Madinah sebagai tanah haramku (Nabi saw).  Jadi tanah haram itu bukan bikinan atau sebutan orang belakangan tetapi dari sabda Rasul saw. Baru kemudian orang menyebutkan dua tanah mulia itu dengan sebutan haromain.
Yastrib  bermakna fasad (rusak)
Menurut penuturan Habib Maliki (ibid), dunia itu ada tiga titik. Satu titik ada di Madinah yang dulunya disebut Yatsrib.  Rasulullah saw bersabda: "Orang yang sekarang menyebut kata Yatsrib harus istighfar kepada Allah. (al-hadits riwayat Imam Ahmad ). Karenanya penyebutan Yatsrib itu tidak dikehendaki oleh Rasulullah. Sebab Yatsrib searti dengan rusak, celaka, caci maki." Karenannya digantilah Yatsirb itu dengan Madinah. Kota agama, kota hijrah dan lain-lain.
Ketika Nabi hijrah ke sana, ada dua kelompok:
  1. Orang yang hijrah ke Madinah karena menghindar
  2. Karena mencari wanita. (ada yang cari wanita ada yang dunia dll)
Dari hal itu kemudian Nabi saw "menyindir" seperti dalam hadis yang sangat tenar, innamal a'malu binniyatiwaman kanat hijrotuhu … Lahirnya hadits ini, konon, karena ketka itu di Madinah ada seorang janda yang cantik sekali. Kemasyhurannya itu hingga ke Makkah. Makanya rame sekali saat Nabi Hijrah. Namanya adalah Umruul Qois.
Barang siapa yang datang di Madinah. Kemudian banyak memakan makanan di sana, banyak minum maka ia mendapatkah keberkahan. Makanya bagi yang berkunjung ke Kota Madinah sebaiknya nikmatilah makan-makanan di sana. Sebab berkah sekali produk yang berasal dari tanah di situ. Salah satu yang adalah korma ajwah. Orang yang makan hingga 7 butir maka dijamin. (tesebut dalam kitab ajwa atau nadiroh).
Kenapa berkah
Karena Nabi saw secara khusus berdoa untuk "keberkahan" kota Madinah sendiri secara langsung.
والمدينة المنورة بلدة مباركة الطعام والشراب، لأن النبي صلى الله عليه وسلم دعا لاهلها بالبركة في صاعهم ومدهم ومكيالهم، قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إن الدجال لا يطاء مكة ولا المدينة وأنه يجيء ينزل في ناحية المدينة، فترجف ثلاث رجفات، فيخرج إليه كل كافر ومنافق"
Buntet Pesantren
Mbah Muqoyim salah satu ulama Cirebon yang tidak lagi berdakwah di kalangan kerjaaan Cirebon, akhirnya mendirikan pesantren Buntet. Salah satu upaya yang dilakukan beliau saat hijrah ke buntet adalah mirip seperti yang dilakukan oleh Nabi saw. Jika Nabi saw berdoa untuk Madinah, maka Mbah Muqoyim bertirakat dengan berpuasa 9 tahun.
Tentu saja karena Mbah Muqoyim merasa doif dibanding Nabi saw. Karenanya, puasa 9 tahun dijalani sebagai tirakat doa. Masing-masing tiga tahun itu terdiri dari : puasa 3 tahun untuk memuasai para santri Buntet, 3 tahun berikutnya untuk keluarga dan tanah Buntet sendiri.
Yang menarik dari cerita yang berkembang dikalangan kyai Buntet adalah Mbah Muqoyim, sahurnya  "sega aking" nasi yang dikeringkan. Caranya cukup unik, beliau kalau mau sahur, mendekati sega aking yang ditempatkan dalam sebuah wadah yang terbuat dari kantong. Lalu dengan menggunakan pena cocor bebak, pena khas santri zaman dahulu, dimasukkanlah pena cocor bebek itu ke dalam wadah untuk mengambil nasi aking. Dalam satu kali mengambil berapapun yang didapatnya itulah yang dipakai untuk berbuka.
Dalam pandangan kyai Buntet, perbuatan Mbah Muqoyim ini konon untuk meghilangkan rasa nikmatnya nasi sehingga menggunakan sega aking yang kering. Karena beliau tidak mau memanjakan jasad. Tapi dalam rangka memanjakan ruh.
Jika dalam kitaba ajwa dikatakan apabila memakan 7 butir qorma ajwa, sihir pun tidak bakal mempan, maka begitulah mbah Muqoyim hanya memakan segelintir nasi aking sehingga ruhnya yang lebih sehat ketimbang jasadnya. Namun jangan heran, jika sihirpun juga tidak mempan.
Kehebatan lain dari madinah
Inna daajjala la yaqou ilaa makkah wamadinah: Dajjal tidak akan berani menginjak Makkah dan Madinah.
Karenanya, orang yang belum pernah ke sana diharapkan pergi ke madinah saat haji. Sebab di sana kita akan setor muka dengan kanjeng Nabi Muhammad saw. Insya Allah pasti mendapat syafaat.
Kedua, Madinah itu tidak akan terkena wabah yang ditakutkan di dunia. Misalnya kalau dulu orang menyebut cacar sekarang bernama AIDS/HIV.  Tidak bakal ada … Laa yadhuluhaa at to'uun, penyakit toun tidak akan samapi di sana.  
Menurut catatan  di kitab, penyakit-penyakit  itu keluarnya dari kawah-kawah gunung. Makanya gunung-gunung  di sekitar Madinah sudah dijamin tidak menyebarkan penyakit sebab sudah ditongkrongi oleh malaikat. Sampai kapanpn tidak akan pernah menjamah kota madinah.
Hal ini karena Nabi saw secara langsung berdoa agar gunung itu tidak mengeluarkan penyakit dan menyebarkan penyakit kepada penduduk madinah:  Allahumma….. hai penyakit jauhlah kamu hingga 7 kilo.
Keistimewaan lain kota Madinah adalah Nabi saw suka sekali pergi ke kubah. Kata Nabi: assolatu fi masjidi qSuba ka umroh. Solat di masjid quba laksana umroh.
Singkatnya, jika ada orang yang digandrungi oleh masyarakat, tentunya tokoh ini benar-benar peduli terhadap lingkungannya. Bukan saja kepada personal penduduknya tetapi juga kepada struktur geogolisnya. Seperti Nabi saw berdoa untuk keberkahan kota Madihan sebagai pusat penyebaran agama kala itu.
Dan begitulah yang dilakukan oleh Mbah Muqoyim di Buntet Pesantren. Beliau berodoa hingga 9 tahun demi tanahnya, santrinya, keluarganya. Dugaan penulis, semata-mata lillahi ta'ala dengan mengikuti cara-cara Nabi dalam mengembangkan sebuah struktur organisasi keagamaan.
Karennaya, jika ada orang alim di suatu wilayah lalu wilayah sekitarnya itu tidak ada apa-apa dalam hal bahaya dan segala macam gangguan bagi pendudduknya, itu kita harus yakin, bahwa ulama di wilayah itu sudah mendoakannya seperti yang dilakukan Nabi saw. Namun jika ulama (pemimpin) itu tidak mendoakan wilayah sekitarnya maka tentu derajatnya belum mencapai sebutan ustadz/kyai/ulama. Justru kalau bisa mereka itu hendaknya mau meniru akhlaq rosululllah saw.
Tentu bukan bermaksud menamakan Buntet dengan Madinah, namun kata kunci dari tulisan ini adalah seorang alim yang berada dalam satu wilayah maka ia akan peduli pada lingkungannya. Semata-mata untuk keselmatan umatnya. Karenanya kita berhadap orang yang memasuki Buntet Pesantren menjadi aman, damai dan tentram. Disamping itu, berkat doa-doa para ulama di sana, diharapkan tidak ada penyakit berhaya yang menyebar ke pesantren tercinta kita. Wallahu a'alam.
Referensi:
Adz Dzakhooir Muhammadiyah, lil alim al Fadil Sayid bin Alawy Al Maliky Al Husaini khodimul Haromain Assyarif bil baladil Haram. Halaman 96-97
من الكتاب الذ خائر المحمدية  للعالم الفاضل السيد بن علوي الماليكي الحسني خاد العلم الشريف بالبلد الحرام. صفحة: 96 - 97

Tidak ada komentar:

Posting Komentar