Tirakat Mbah Muqoyyim
NAMA Buntet
Pesantren sudah cukup dikenal. Setidaknya oleh kebanyakan masyarakat
pesantren di Indonesia. Bahkan pesantren besar di Jawa Barat jika
ditelusuri terkait dengan Buntet. Padahal jika mau jujur Buntet itu
sendiri sebuah tempat yang sangat kecil, sebuah dusun bahkan bukan desa
seperti disangka orang. Ada sebuah tirakat yang dilakukan oleh pendiri
Buntet saat hijrah ke tanah ini dan diduga kuat berusaha meniru hijrah
Rasulullah saw dalam membangun kota Madinah. Masa sih?
Sebelum penulis
membahas tirakat Mbah Muqoyyim, kita perlu mengingat kembali sejarah dua
kota yang paling banyak dikunjungi karena kemuliaannya: Makkah dan
Madinah. Nabi Muhammad saw menyebut dua kota ini dengan sebutan "tanah
haram" seperti ditulis Syekh Maliki Al Husaini, mengutip hadits
Rasulullah saw: Inna ibrahim harrama makkah wainni harromal madinah. " Sesungguhnya, Nabi Ibrahim A.S. memiliki Mekkah sebagai tanah haramnya, dan Madinah sebagai tanah haramku (Nabi saw).
Jadi tanah haram itu bukan bikinan atau sebutan orang belakangan
tetapi dari sabda Rasul saw. Baru kemudian orang menyebutkan dua tanah
mulia itu dengan sebutan haromain.
Yastrib bermakna fasad (rusak)
Menurut penuturan
Habib Maliki (ibid), dunia itu ada tiga titik. Satu titik ada di Madinah
yang dulunya disebut Yatsrib. Rasulullah saw bersabda: "Orang yang
sekarang menyebut kata Yatsrib harus istighfar kepada Allah. (al-hadits
riwayat Imam Ahmad ). Karenanya penyebutan Yatsrib itu tidak dikehendaki
oleh Rasulullah. Sebab Yatsrib searti dengan rusak, celaka, caci maki."
Karenannya digantilah Yatsirb itu dengan Madinah. Kota agama, kota
hijrah dan lain-lain.
Ketika Nabi hijrah ke sana, ada dua kelompok:
- Orang yang hijrah ke Madinah karena menghindar
- Karena mencari wanita. (ada yang cari wanita ada yang dunia dll)
Dari hal itu kemudian Nabi saw "menyindir" seperti dalam hadis yang sangat tenar, innamal a'malu binniyati … waman kanat hijrotuhu
… Lahirnya hadits ini, konon, karena ketka itu di Madinah ada seorang
janda yang cantik sekali. Kemasyhurannya itu hingga ke Makkah. Makanya
rame sekali saat Nabi Hijrah. Namanya adalah Umruul Qois.
Barang siapa yang
datang di Madinah. Kemudian banyak memakan makanan di sana, banyak minum
maka ia mendapatkah keberkahan. Makanya bagi yang berkunjung ke Kota
Madinah sebaiknya nikmatilah makan-makanan di sana. Sebab berkah sekali
produk yang berasal dari tanah di situ. Salah satu yang adalah korma ajwah. Orang yang makan hingga 7 butir maka dijamin. (tesebut dalam kitab ajwa atau nadiroh).
Kenapa berkah
Karena Nabi saw secara khusus berdoa untuk "keberkahan" kota Madinah sendiri secara langsung.
والمدينة المنورة بلدة مباركة الطعام
والشراب، لأن النبي صلى الله عليه وسلم دعا لاهلها بالبركة في صاعهم ومدهم
ومكيالهم، قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إن الدجال لا يطاء مكة ولا
المدينة وأنه يجيء ينزل في ناحية المدينة، فترجف ثلاث رجفات، فيخرج إليه كل
كافر ومنافق"
Buntet Pesantren
Mbah Muqoyim salah
satu ulama Cirebon yang tidak lagi berdakwah di kalangan kerjaaan
Cirebon, akhirnya mendirikan pesantren Buntet. Salah satu upaya yang
dilakukan beliau saat hijrah ke buntet adalah mirip seperti yang
dilakukan oleh Nabi saw. Jika Nabi saw berdoa untuk Madinah, maka Mbah
Muqoyim bertirakat dengan berpuasa 9 tahun.
Tentu saja karena
Mbah Muqoyim merasa doif dibanding Nabi saw. Karenanya, puasa 9 tahun
dijalani sebagai tirakat doa. Masing-masing tiga tahun itu terdiri dari :
puasa 3 tahun untuk memuasai para santri Buntet, 3 tahun berikutnya
untuk keluarga dan tanah Buntet sendiri.
Yang menarik dari cerita yang berkembang dikalangan kyai Buntet adalah Mbah Muqoyim, sahurnya "sega aking"
nasi yang dikeringkan. Caranya cukup unik, beliau kalau mau sahur,
mendekati sega aking yang ditempatkan dalam sebuah wadah yang terbuat
dari kantong. Lalu dengan menggunakan pena cocor bebak, pena khas santri
zaman dahulu, dimasukkanlah pena cocor bebek itu ke dalam wadah untuk
mengambil nasi aking. Dalam satu kali mengambil berapapun yang
didapatnya itulah yang dipakai untuk berbuka.
Dalam pandangan
kyai Buntet, perbuatan Mbah Muqoyim ini konon untuk meghilangkan rasa
nikmatnya nasi sehingga menggunakan sega aking yang kering. Karena
beliau tidak mau memanjakan jasad. Tapi dalam rangka memanjakan ruh.
Jika dalam kitaba
ajwa dikatakan apabila memakan 7 butir qorma ajwa, sihir pun tidak bakal
mempan, maka begitulah mbah Muqoyim hanya memakan segelintir nasi aking
sehingga ruhnya yang lebih sehat ketimbang jasadnya. Namun jangan
heran, jika sihirpun juga tidak mempan.
Kehebatan lain dari madinah
Inna daajjala la yaqou ilaa makkah wamadinah: Dajjal tidak akan berani menginjak Makkah dan Madinah.
Karenanya, orang
yang belum pernah ke sana diharapkan pergi ke madinah saat haji. Sebab
di sana kita akan setor muka dengan kanjeng Nabi Muhammad saw. Insya
Allah pasti mendapat syafaat.
Kedua, Madinah itu
tidak akan terkena wabah yang ditakutkan di dunia. Misalnya kalau dulu
orang menyebut cacar sekarang bernama AIDS/HIV. Tidak bakal ada … Laa
yadhuluhaa at to'uun, penyakit toun tidak akan samapi di sana.
Menurut catatan di
kitab, penyakit-penyakit itu keluarnya dari kawah-kawah gunung.
Makanya gunung-gunung di sekitar Madinah sudah dijamin tidak
menyebarkan penyakit sebab sudah ditongkrongi oleh malaikat. Sampai
kapanpn tidak akan pernah menjamah kota madinah.
Hal ini karena Nabi
saw secara langsung berdoa agar gunung itu tidak mengeluarkan penyakit
dan menyebarkan penyakit kepada penduduk madinah: Allahumma….. hai penyakit jauhlah kamu hingga 7 kilo.
Keistimewaan lain
kota Madinah adalah Nabi saw suka sekali pergi ke kubah. Kata Nabi:
assolatu fi masjidi qSuba ka umroh. Solat di masjid quba laksana umroh.
Singkatnya, jika
ada orang yang digandrungi oleh masyarakat, tentunya tokoh ini
benar-benar peduli terhadap lingkungannya. Bukan saja kepada personal
penduduknya tetapi juga kepada struktur geogolisnya. Seperti Nabi saw
berdoa untuk keberkahan kota Madihan sebagai pusat penyebaran agama kala
itu.
Dan begitulah yang
dilakukan oleh Mbah Muqoyim di Buntet Pesantren. Beliau berodoa hingga 9
tahun demi tanahnya, santrinya, keluarganya. Dugaan penulis,
semata-mata lillahi ta'ala dengan mengikuti cara-cara Nabi dalam
mengembangkan sebuah struktur organisasi keagamaan.
Karennaya, jika ada
orang alim di suatu wilayah lalu wilayah sekitarnya itu tidak ada
apa-apa dalam hal bahaya dan segala macam gangguan bagi pendudduknya,
itu kita harus yakin, bahwa ulama di wilayah itu sudah mendoakannya
seperti yang dilakukan Nabi saw. Namun jika ulama (pemimpin) itu tidak
mendoakan wilayah sekitarnya maka tentu derajatnya belum mencapai
sebutan ustadz/kyai/ulama. Justru kalau bisa mereka itu hendaknya mau
meniru akhlaq rosululllah saw.
Tentu bukan
bermaksud menamakan Buntet dengan Madinah, namun kata kunci dari tulisan
ini adalah seorang alim yang berada dalam satu wilayah maka ia akan
peduli pada lingkungannya. Semata-mata untuk keselmatan umatnya.
Karenanya kita berhadap orang yang memasuki Buntet Pesantren menjadi
aman, damai dan tentram. Disamping itu, berkat doa-doa para ulama di
sana, diharapkan tidak ada penyakit berhaya yang menyebar ke pesantren
tercinta kita. Wallahu a'alam.
Referensi:
Adz Dzakhooir
Muhammadiyah, lil alim al Fadil Sayid bin Alawy Al Maliky Al Husaini
khodimul Haromain Assyarif bil baladil Haram. Halaman 96-97
من الكتاب الذ خائر المحمدية للعالم الفاضل السيد بن علوي الماليكي الحسني خاد العلم الشريف بالبلد الحرام. صفحة: 96 - 97
Tidak ada komentar:
Posting Komentar